Jujur, dulu saya sempat terpengaruh dengan argumen di atas, bak seorang penonton yang terkesima oleh permainan sulap seorang ilusionis ulung. Thanks to Mbak Novy yang menyadarkan saya dari pengaruh hipnotisme ilusi semantik “pilihlah yang terbaik dari yang terburuk” itu. Berikut penjelasannya:
@Puryanto yang mengatakan, “Oleh karenanya jangan golput !!!! Pilih yang terbaik diantara yang jelek sekalipun… !!”. Gak logik ahh…masak yang terbaik diantara yang jelek sekalipun ? Itu mah namanya tetap milih yang jelek diantara yang jelek-jelek dong…..masak jelek bisa dibilang baik or terbaik ? ? ?
Yups, yang baik tetap yang baik, yang buruk tetap yang buruk. Yang buruk tidak otomatis bisa menjadi baik hanya karena disandingkan dengan yang buruk-buruk. Nanti ukuran baik-buruk jadi relatif dong. Padahal kebaikan adalah apa yang dianggap baik oleh syariah, dan yang keburukan adalah apa yang dianggap buruk oleh syariah. Coba kalau kita disuruh milih, mau minum wishki atau makan daging babi? Pilih meninggalkan sholat atau puasa ramadhan? Nggak bisa hanya pilih salah satunya kan? Karena dua-duanya haram, jadi dua-duanya mutlak harus ditinggalkan.
Argumen “pilihlah yang terbaik dari yang terburuk” sering juga dikaitkan dengan kaidah ushul fiqh ahwanu syarrain atau akhafu dhararain (yang paling ringan dari dua keburukan). Kalaupun kaidah ini memang benar adanya, penggunaanya nggak bisa sembarangan, seperti pada hal-hal yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah SWT. Silahkan lihat tinjauan syar’i serta aplikasi yang benar dari kaidah-kaidah tadi pada tulisan ini: Bedah Qaidah Ahwanu Al-Syarrain (قاعدة أهون الشرين).
Topik Utama: Top 10 Alasan Sesat Wajibnya Pemilu
14 komentar
Comments feed for this article
27 Maret 2009 pada 2:07 pm
idham halil
Bagaimana kita bisa menilai bahwa yang dipilih kita terbaik diantara yang terjelek, wong mau milih caleg aja seperti jarum jatuh ditumpukan jerami (bingung….). Logika orang awam tetap aja yang jelek itu jelek walaupun itu udah terbaik diantara yang terjelek, masak orang disuruh jatuh ke lubang untuk yang kedua kali ( maksudnya saking nggak ada pilihan lagi)
27 Maret 2009 pada 2:08 pm
Pedy
Akur Mas Idham. Yah begitulah sistem demokrasi sekuler kita ini emang buat bingung. Lengkapnya: sudah buat bingung, boros di ongkos, hasilnya nggak ada bahkan tambah runyam, di akhirat kita bisa berhadapan dengan Allah tanpa hujah karena mendukung demokrasi ini!
27 Maret 2009 pada 3:16 pm
adi
Mas Pedy
Tolong dibahas nih: jangan golput, karena kalo milih dengan niat perubahan insya Allah bangsa ini akan berubah (Q.S Ar Ra’du:11)
27 Maret 2009 pada 4:01 pm
Pedy
Otre Bozz, ngantri yaa.. 🙂
28 Maret 2009 pada 3:04 am
apu' Indragiry
Ilusi Demokrasi Yang Dipuja
Mohammad Fatih Indragiry*
Ilusi pertama:
Suara Mayoritas adalah Suara Tuhan
(Voux Populi Voux Dei)
Inilah janji manis dari genta demokrasi, bahwa rakyat berhak memutuskan segenap keinginnanya, dan negara tidak berhak mencampurinya. Namun tidaklah memungkinkan semua rakyat berbicara, maka dibentuklah perwakilan (melalui DPR). Ah, ada-ada saja.
Fakta berbicara:
Apakah benar bahwa rakyatlah yang menentukan?
Kita ambil sampel kecil saja. Kenaikan BBM, Undang-Undang Migas, BHP,dlsb, apakah rakyat yang menentukan? Apakah mereka menyetujui kenaikan BBM? Apakah rakyat setuju SDA dikeruk orang asing?
Ternyata SEMUA KEPUTUSAN ADA DITANGAN ELIT PENGUASA YANG BERKEPENTINGAN MENGAMBIL UNTUNG DARI TERJUALNYA, SDA, ASET dlsb.
Apakah syariat Islam bisa disodorkan lewat demokrasi? Cobalah kita merenung dari kasus di atas.
Ilusi Kedua:
Agama Tak Turut Campur Dalam Pemerintahan
Inilah fakta yang harus dicermati oleh umat Islam. Suatu saat kami melihat tayangan headline spot di TV One, bahwa Menag mengimbau semua partai yang sedang berkampanye untuk: TIDAK MEMBAWA-BAWA AGAMA DALAM KAMPANYAE POLITIK. Padahal MUI secara nyata IKUT BEKECIMPUNG DI PANGGUNG POLITIK (DENGAN DIKELUARKANNYA FATWA HARAMNYA GOLPUT). Inilah ujud asli demokrasi yang tidak KONSISTEN.
Fakta berbicara:
Ketika rakyat sudah capek memilih (tidak mengikuti pemilu dengan GOLPUT) lantaran mereka berpikir, bahwa berkali-kali mengikuti ajang Pemilu hasilnya TIDAK MEMBAWA PERUBAHAN YANG BERARTI. Namun, anehnya MUI dalam sidang IJTIMA’ mengeluarkan fatwanya menakut-nakuti rakyat dengan FATWA HARAMNYA. Seolah-olah rakyat yang tidak mengikuti pemilu (GOLPUT) mereka semua memakan daging babi. Padahal mencoblos atau tidak itu adalah hak dari rakyat. Lantas kalau ada paksaan untuk MENCOBLOS apakah layak ihwal ini disebut MEMILIH? Lebih tepat kalau dinamakan INTERVENSI (MEMAKSA) UNTUK MENCOBLOS.
Lantas apa hak MUI ikut cawe-cawe mencebur ke kancah demokrasi? Padahal ada kaidah ‘teologi demokrasi’ bahwa agama tidak berhak mencampuri urusan negara (sekulerisme), dan yang lebih ironis lagi tahun 2005 yang lalu MUI telah memfatwakan haramnya SIPILIS (demokrasi terlingkup dalam SIPILIS).
Lantas mana adagium “Rakyat mempunyai otoritas kedaulatan dengan pepatah ‘SUARA MAYORITAS ADALAH SUARA TUHAN’”
Contoh mutakhir: Kasus Syekh Puji. Apakah hukum formal bisa dan selayaknya menjerat seseorang ketika seseorang itu secara dalil syara’ tetap sah pernikahannya, terlepas dari kontroversi dan sikap berlebihan Syekh Puji sendiri. Padahal dalam demokrasi kita sudah tahu, bahwa pemerintah tidak berhak mencampuri hak individu dalam menjalankan syariat agamanya.
Ilusi Kedua:
Demokrasi Mensejahterakan dan Mengadilkan
Inilah fatwa demokrasi yang didengung-dengungkan para pengemban demokrasi, bahwa dengan demokrasi rakyat akan adil dan sentosa.
Fakta berbicara:
63 tahun semenjak Indonesia merdeka, bukan kesejahteraan yang didapatkan, namun kemiskinan dan jerat hutang yang memayungi negeri. Almarhum Prof. Mubyarto pernah berkata: “Ekonomi sekarang lebih parah daripada kondisi ekonomi pascapenjajahan.”
Kita lihat, angka kemiskinan melonjak tajam. Jembel-jembel bak lukisan alam yang tak terbantahkan.
ORANG MISKIN DIHARAMKAN KE RUMAH SAKIT. Contoh mutakhir, seorang bayi di RSCM Jakarta tertahan selama 2 bulan di RS, lantaran kedua orang tuanya tidak mampu membayar fee perawatan kepada RS sebesar 30 juta rupiah. Sungguh ironi menyayat hati!
Padahal dalam Islam, KESEHATAN ADALAH WAJIB GRATIS UNTUK RAKYATNYA. Penguasa berhak memberikan layanan kesehatan gratis tanpa memandang status.
Fakta selanjutnya, pendidikan tidak terjangkau untuk semua kalangan. Dengan disahkannya UU BHP, maka RAKYAT KECIL HARAM BERSEKOLAH. Bayangkan untuk bisa masuk ke fakultas kedokteran UGM saja harus membayar ratusan juta rupiah. Jadi slogan PENDIDIKAN UNTUK SEMUA hanyalah isapan jempol belaka.
Ilusi Ketiga:
Demokrasi Satu-satunya Sistem
Sesungguhnya dalam demokrasi ada kesamaan hak, terlindungnya hukum si miskin.
Fakta berbicara:
Inilah suara kelaliman yang nyata! Sesungguhnya demokrasi modern adalah ciptaan Yahudi (lihat protokol Zionisme, hal 83. Suplemen buku THE INTERNATIONAL JEW, oleh Henry Ford, penerbit Hikmah, Jakarta,2006).
Inilah sistem yang dicangkokkan oleh Yahudi untuk memporakporandakan kesatuan kaum Muslimin (dengan meruntuhkan ke-Khilafahan Utsmaniyah di Turki) melalui gerakan freemansory. Dari gerakan bawah tanah inilah lantas kaum muslimin dipecah-belah hingga berpuluh-puluh bagian (paham nasionalisme) inilah kelicikan Yahudi! Sayangnya hingga kini umat Muslim belum menyadari kesalahannya (masih tersakauw demokrasi CIPTAAN YAHUDI). Dari satu negara (Khilafah Utsmaniyah) hingga kita kini mengenal negara Arab Saudi, Mesir, Yordan, Yaman, Palestina. Siapa dalanya??? Lagi-lagi mau tidak mau jari telunjuk kita mengarah ke YAHUDI. Dari demokrasi inilah YAHUDI berhasil mecaplok PALESTINA lewat campur tangan PBB (lembaga think-tank Yahudi).
Ilusi Keempat:
Ilusi Tokoh Fiktif Demokrasi
Mereka berbincang tentang kepemimpinan. Dan citra baik dari personal appearance sosok tokoh.
Fakta berbicara:
Mereka membohongi rakyat, tentang arti kepemimpinan sesungguhya. Mereka berlindung di balik ‘TOKOH FIKTIF yang mereka cipta dan reka. Bak tokoh utama subuah novel atau film. Semuanya hanya bualan, fiksi dan rekayasa. Agar mereka bisa meraih kekuasaan seperti apa yang mereka mau. Mereka dengan dana kapitalis yang luarbiasa mendanai kampanye IKLAN, baik di TV, Baliho, Surat kabar, spanduk dan menyembunyikan nafsu hewaniah untuk menangguk untung dari demokrasi.
Ilusi Kelima:
Demokrasi Berbiaya Murah
inilah dusta-dusta yang mereka beberkan ke masyarakat yang awam.
Fakta berbicara:
Tiap lima tahun sekali KENDURI DEMOKRASI digelar, tiap lima tahun pula dana puluhan triliun dihamburkan (pemilu), belum lagi untuk uang PILKADA.
Semua tokoh berganti… namun kesejahteraan bak raihan mimpi.
FAKTA KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM:
Kepemimpinan Islam sebagai pembanding:
bayangkan! Jika seorang presiden tidak digaji, gubernur tidak digaji. (lihat kitab, Mafahim Hizb) apakah kira-kira ada orang yang mau menjadi presiden atau gubernur???
dalam Islam, seorang khalifah dipilih untuk menjalankan aturan syariat, bukan aturan hukum kufur.
Ia hanya diberi tunjangan (secukupnya) agar hidupnya tercukupi. Beda dengan presiden sekarang yang gajinya ratusan juta per bulan.
Saya tantang!!!! siapa YANG MAU JADI PRESIDEN dan WAKIL PRESIDEN (Gubernur) yang TIDAK DIGAJI.
Aku yakin seratus persen… semua kandidat CAPRES bakal lari ngibrit, lintang pukang.
Ilusi Keenam:
Islam bisa diperjuangkan lewat demokrasi.
Mereka berdalih memilih dharar (bahaya) yang lebih ringan dari dua bahaya daripada Islam masuk ke jurang bahaya
Fakta berbicara:
Islam tidak pernah mengajarkan, bahwa untuk MERUBAH SESUATU LANTAS KITA MENCEBUR KEDALAM SESUATU ITU (demokrasi). Inilah dalil yang tidak bersandar kepada Alquran dan Sunah. Bahkan jumhur imam fikih tidak pernah menggunakan dalil maslahat (IHTIHSAN) dalam menggali hukum (ISTINBATH).
Nabi saw. Tidak pernah masuk ke sistem kufur (Quraisy jahili) tetapi ia merubah dari luar sistem kufur itu.
Apakah dalil ketika Nabi Yusuf alaihissalam menjadi menteri keuangan di kerajaan Mesir bisa menjadi dalil?
Tentu tidak bisa. Syariat Nabi Yusuf alaihissalam adalah hanya untuk kaumnya saja. Kita sebagai umat muhammad saw. Harus menggunakan sunag Nabi saw. Baik qauli (perkataan), taqrir (keberdiaman Nabi) maupun fi’li (perbuatan).
Dalilnya adalah: ketika Umar ibn Khaththab memegang kitab TAURAT, maka muka Nabi saw. Langsung memerah dan bersabda:
“Andai Musa as. Ada di zamanku, maka ia pasti akan mengiluti jalanku.”
Jadi, masihkah menyembah ilusi DEMOKRASI?
Masihkah kita berharap pada demokrasi?
Allaahu wa rasuuluhu a’lam.
Yogyakarta, 27 Maret 2009 10.01
* Pujangga Khilafah, Novelis Ideologis, owner klub menulis Dunia Puisi Islami (DPI) dan Sastra of Soul (SOS) pemilik situs: http://www.sastraofsoul.wordpress.com
28 Maret 2009 pada 6:30 am
Pedy
He..he..he :D. Tulisan yang bagus dan bisa saling melengkapi; “Top Ten Alasan Sesat Wajibnya Pemilu” dan “6 Ilusi Demokrasi”.
28 Maret 2009 pada 9:22 am
dir88gun
assalamu alaikum wr. wb.
Permisi, saya mau numpang posting (^_^)
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/03/24/hukum-pemilu-legislatif-dan-presiden/
semoga link di atas bisa menjadi salah satu rujukan…
Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.
Mohon maaf kalau ada perkataan yang kurang berkenan. (-_-)
wassalamu alaikum wr. wb.
28 Maret 2009 pada 10:34 am
Pedy
Wa’alaikum salam wr wb. Terimakasih atas link2-nya. Yang “Hukum Pemilu Legislatif dan Presiden” sudah saya repost di artikel “Survival Guide for Molsmen Voters” 🙂
29 Maret 2009 pada 1:16 pm
Pelayan Tuhan
Saudara-saudaraku sebangsa setanah air, cukuplah kiranya kita memberikan kesempatan kepada kaum muslim untuk memimpin bangsa ini, cukuplah sudah !, apa yang sudah mereka berikan kepada bangsa ini ? apa ? Negara terkorup nomor satu !, negara terporno nomor satu !, negara terkaya alamnya tapi termiskin rakyatnya !. aborsi merajalela, zina merajalela, permasalahan bangsa ini berputar-putar pada sembako hilang dan bbm hilang, itulagi-itu lagi, kapan kita mau maju ? cukuplah sudah ! saudaraku cukuplah.
Mohon maaf saudara-saudaraku muslim, anda selalu berkoar-koar sebagai ummat terbaik, benarkah ????, tidak sadarkah anda dengan kondisi indonesia yang seperti pengidap tbc yang sedang menunggu ajal tiba ???. inikah ummat prestasi ummat terbaik ? negara terporno ? negara terkorup ? negara yang dipenuhi para pencuri ? inikah ummat terbaik ????, sadar dirilah, anda muslim, anda sudah terbukti tidak mampu mengurus bangsa ini, sekarang saatnya ijinkan kami para hamba pelayan Tuhan mengurus bangsa ini, masalahnya bukan soal umat terbaik atau bukan terbaik, persoalannya adalah bukti ! dan anda wahai muslim sudah terbukti tidak mampu dan sudah terbukti anda adalah umat terburuk. Jadi serahkanlah kepemimpinan indonesia kepada kami yang bukan muslim. kami berjanji akan memenuhi bumi indonesia ini dengan kemakmuran dan keadilan.
Hamba Pelayan Tuhan
29 Maret 2009 pada 2:55 pm
Pedy
Sahabatku Pelayan Tuhan, persoalannya bukan hanya siapa yang berhak memimpin, tapi dengan sistem apa dia akan memimpin kelak? Siapa pun orangnya, tapi memimpin dengan sistem sekuler-liberal-kapital yang self-destructive seperti sekarang, maaf, percumah. Ibarat mobil bobrok hanya ganti sopir, mana bisa beres? Mau sopirnya Michael Schumacher kalo mobilnya sudah usang dan saatnya diganti, ya tidak akan membawa arti apa2, selama mobil itu belum diganti. Lihat AS, pemimpinnya selama ini non-muslim, tapi sistemnya sekular-liberal-kapital, hasilnya? Perzinaan merajalela, homoseks dilegalkan, mengirim pasukan ke Afghan dan Irak hanya untuk minyak, jurang kesenjangan ekonomi menganga lebar-lebar.. Pada saat yang bersamaan, negeri2 lain seperti Inggris, Perancis, Jerman, dll hanya bisa mengamini saja, karena mereka sejatinya se-ideologi. Apa seperti ini yang Anda inginkan? Apa yang bisa Anda janjikan sebagai non-muslim, kalau sistemnya masih sistem yang memiliki cacat bawaan untuk menyengsarakan umat manusia? Apa yang bisa Anda janjikan wahai Pelayan Tuhan?
Sehingga persoalannya adalah, apakah Anda punya konsep sistem/ideologi alternatif? Apakah Anda punya konsep yang genuine, orisinal dan otentik yang dirumuskan dari Kitab Bibel Anda? Apakah Anda memiliki konsep ekonomi, politik, sosial, hukum yang detil dan operasional? Dan lebih dari itu sudah kah teruji dan terbukti dalam sejarah? DAN BUKAN COPY PASTE DARI SISTEM SEKULAR-LIBERAL-KAPITAL seperti sekarang! Punyakah Anda wahai Pelayan Tuhan? Anda paham yang saya maksud? Misalnya ketika negeri kita tercinta langganan dihempas badai krisis ekonomi yang berulang, apa tawaran solusi Anda? Menurut Anda apa akar masalahnya? Bagaimana solusinya tuntasnya? Lalu bagaimana kebijakan ekonomi-moneter tawaran Anda? Sudahkan Anda menyiapkannya? Ketika free sex merajalela, apa tawaran solusi integral Anda? Oke, kalau tidak mampu detil, garis besar sajalah, sudah kah Anda siapkan? Ketika kemiskinan meningkat, pengangguran meningkat, bagaimana tawaran solusi Anda? Mana tulisan Anda, mana argumen Anda, mana blog Anda yang memaparkan semuanya tadi!?
Sahabatku, kita ini sedang membangun peradaban, jangan main-main, jangan lagi coba-coba, jangan lagi bereksperimen! Kalau Anda hanya bisa memberi slogan kosong, ketika memimpin Anda tidak akan jauh berbeda dengan apa yang tengah terjadi saat ini, bahkan bisa lebih buruk! Sekalipun secara person Anda baik, apa gunanya jika menjalankan sistem yang buruk dan destruktif!? Apa gunanya jika Anda hanya akan menjalankan sistem politik yang oportunistik, sistem ekonomi yang kapitalistik, sistem pendidikan yang sekulersitik, sistem kesehatan yang materialistik? Seperti yang tengah berlangsung sekarang. Itulah mengapa selama ini negeri kita tidak pernah bisa lebih baik. Bukan karena masalah person, tapi lebih kepada sistem yang dijalankan oleh person tersebut. Itulah mengapa kami menyerukan kepada semua pihak UNTUK BERHENTI MENDUKUNG DAN MENJALANKAN SISTEM SEKULAR-LIBERAL-KAPITAL ini, dan menggantinya dengan sistem kebalikannya, yaitu SISTEM SPIRITUAL-TRANSENDENTAL. Dan jika agama Anda tidak bisa memberikan konsep yang detil, konkret dan operasional, sudah lah, setuju dan yakin saja dengan Islam, syariah dan khilafah!
Terakhir, jika Anda masih mendukung sistem sekular-liberal-kapital yang zhalim ini, jangan berani-berani sebut diri Anda PELAYAN TUHAN, karena sesungguhnya Anda hanyalah PELAYAN KAPITALIS! 😡
29 Maret 2009 pada 4:41 pm
TOMO
bagi umat Islam yang golput SECARA TAK SADAR DAN TAK LANGSUNG KALIAN TELAH MEMILIH CALON PEMIMPIN YANG KAFIR SEBAGAI PEMIMPIN NEGARA INI.
kenapa begitu :
sekarang begini jika ada dua calon pemimpin saja di negara ini yang ikut pemilu, salah satunya calon pemimpin Muslim dan satu lagi dari calon pemimpin non-muslim.
jumlah total pemilih di negara ini misalkan 100 juta pemilih dengan rincian : 70 juta pemilih dari kalangan muslim dan 30 juta lagi dari kalangan non-muslim
KALAU UMAT MUSLIM TIDAK ADA YG GOLPUT maka calon pemimpin dari kalangan muslim akan menang. karena jumlah kita (pemilih muslim) lebih banyak(70 juta) dari kalangan pemilih non- muslim(30 juta).
tapi kalau UMAT ISLAM GOLPUT SAMPAI 60 % misalkan (60 % dari 70 juta mendekati 42 juta), MAKA pemilih untuk calon pemimpin muslim hanya 28 juta SEMENTARA YANG KAFIR 30 JUTA!!!!.
Yang artinya SECARA TAK SADAR DAN TAK LANGSUNG KALIAN TELAH MEMILIH CALON PEMIMPIN KAFIR SEBAGAI PEMIMPIN KALIAN.
Jika alasan kalian karena menentang sistem demokrasi dan penegakan khilafah. Sekarang begini apa menurut kalian dengan GOLPUT bisa menegakkan khilafah dan menghancurkan demokrasi.
JIHAD itu tak selalu di medan perang saudara ku. Ada banyak medan untuk berjihad contohnya dalam politik kita berusaha mendapatkan suara agar kita tidak di dominasi oleh suara dari pihak lain.
Sekarang kita dihadapkan atas 3 pilihan :
1. negara kita menegakkan sistem khilafah
2. Negara kita menegakkan sistem demokrasi TAPI pemimpinnya dari kalangan muslim
3. Negara kita menegakkan sistem demokrasi DENGAN pemimpin dari kalangan non- muslim
Dari 3 pilihan tersebut pilihan 1 sulit untuk dilaksanakan berarti hanya pilihan 2 dengan 3. kedua pilihan tersebut(2 dan 3) memang dua pilihan yang salah. Tapi kalau kita di hadapkan pada 2 perbuatan DOSA sebagai pilihannya, PILIHLAH YANG DOSANYA PALING KECIL.
Jadi saya katakan sekali lagi kepada anda AGAR TIDAK GOLPUT. Jihad itu membutuhkan KESABARAN BUKAN SIKAP TERGESA-GESA. Jadi kita bukan hanya berjuang dalam PERANG tapi juga dalam MEREBUT PEMIMPIN. ANGGAP SAJA PILIHAN KE 2 SEBAGAI LANGKAH AWAL MENUJU PILIHAN 1.
30 Maret 2009 pada 10:23 pm
adit
Ketika saya menulis artikel dengan judul “Golput, Bukti Kegagalan Demokrasi”. Beberapa rekan menanggapi. Ada yang mengatakan, jangan Golput, pilihlah yang terbaik diantara yang jelek ada juga rekan yang mengirimi saya email mengatakan, kalau golput, maka yang akan terpilih adalah orang-orang jahat atau bahkan non muslim.
Jujur, aku begitu sulit menerima logika seperti itu. Karena menurut saya, bukan persoalan personnya, tapi sistemnya memang bobrok. Demokrasi, liberal, kapital dan sekuler, termasuk HAM menurut saya hanyalah alat barat dan yahudi untuk membendung kemajuan Islam. Begitu banyak bukti, bahwa penguasa amerika beserta sekutunya seringkali bertindak tidak demokratis dan melanggar HAM.
Faktanya terakhir, serangan Israil di jalur Gaza, Palestina yang membantai ribuan umat Islam, namun amerika dan sekutunya hanya diam bahkan cenderung menyalahkan Hamas. Padahal, ditinjau dari hukum apapun, yahudi israil telah melakukan kejahatan kemuanusiaan dan pelangran berat, sehingga semua pemimpinya mulai dari PM-nya, panglima perangnya sampai pada serdadunya, layak dihukum gantung. Bandingkan dengan sikap amerika terhadap Iraq dan Afganistan, meski hanya berbekal asumsi, amerika dan sekutunya serta-merta mengarahkan angkatan perangnya untuk menginvansi Iraq dan Afganistan. munafik..!!!
Jadi jangan yang terbaik diantara yang buruk, yang terbaik diantara yang baik pun, kalau sudah masuk perangkap demokrasi, liberal, kapitalis dan sekuler, maka akan ikut “membusuk”. Bahkan seorang yang bergelar Prof. Dr. Kyai Haji sekalipun akan ikut korupsi, melegalkan prostitusi, aborsi, pornografi dan pornoaksi, gay/lesbi dan berbagai macam kemungkaran lainnya.
Demi menyenangkan tuan-tuan kapitalis, dengan menjual kedaulatan rakyat, para wakil rakyat yang berkolusi dengan pemerintah membuat UU yang justru menindas dan memiskinkan rakyat. UU BHP, UU Migas, UU Tenaga Kerja dll merupakan bukti kemunafikan demokrasi.
Intinya, karena demoktasi, leberal, kepitalis, sekuler memang boborok maka siapapun yang terpilih pasti ikut bobrok. Dan, karena demokrasi, liberal, kaptal, dan sekuler termasuk HAM adalah alat bagi perjuangan yahudi, maka siapapun yang mendukunya berarti ikut membantu program yahudi untuk menghancurkan Islam.
Saya masih berfikir untuk memilih jika semua caleg muslim dan capres/cawapres muslim bersumpah dan membuat kontrak politik untuk mengganti demokrasi, liberal, kapital dan sekuler menjadi sistem Islam, jika terpilih. Tapi apa ada yah, caleg dan capres bisa melakukan itu????
Wallahu ‘alam.
Untuk Pelayan Tuhan
Kalau hanya menghayal ingin memberi keadilan dan kesejahteraan, semua orang bisa. Bahkan itu sudah menjadi nyanyian wajib bagi para caleg dan capres menjelang pemilu. Kalau memang punya konsep untuk memberi keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat, tolong dipaparkan. Segala macam penyimpangan dan kemungkaran yang anda sebutkan itu, bukan karena pemimpinya muslim tapi karena sistemnya yang bobrok. Faktanya, semua negara yang menganut demokrasi, liberal, kapital dan sekuler pasti bobrok, tidak peduli pemimpinnya muslim atau non muslim.
Jadi sistem apa yang anda tawarkan wahai pelayan Tuhan???
17 April 2009 pada 11:09 pm
artikel kesehatan
bagaimanapun juga golput tidak menyelesaikan masalah 😦
18 April 2009 pada 11:10 pm
Axel
Bung tomo,kalau anda berpikir kalau golput akan menguntungkan non muslim,itu adalah asumsi salah dan sangat pragmatis.Karena semakin umat ini sadar akan kerusakan akibt mempertahankan sistem demokrasi,maka perubahan sistem akan semakin cepat, katakan saja negara yg 70% muslim dipimpin oleh org kafir apakah mrk mau?Tentu tidak,umat harus faham dulu apa sebenarnya hakikat demokrasi dan jika sudah maka dngan sendirinya akan meninggalkan sistem kufur itu dan memilih islam sbg solusi,jadi asumsi anda akan dpt merubh sistem dgn cara demokrasi harus dikaji ulang..Karena fakta sdh berbicara,mis FIS dialjazair,hamas,partai reva,mrk semua sama dgn anda yg awalnya menganggap dmkrasi adl uslub tapi apa kenyataannya. DEMOKRASI adl sistem yg akan berusaha mempertahankan eksistensinya dgn cara mengintervensi dan bahkan dgn cara apapun,atau anda yg merasa demokrasi sbg uslub punya contoh syariat islam yg ditegakkan dgn cara demokrasi?Jangan racuni umat dgn demokrasi,tapi berdakwahlah dan katakn kerusakan akibat demokrasi.