Demo G20 Kamis, 2 April ini memakan korban satu tewas di London. Demo besar-besaran itu ditujukan untuk melawan kapitalisme dan globalisasi yang makin menjadi-jadi. Krisis finansial global, perang, kelaparan, pengangguran, bahkan suburnya aksi-aksi terorisme, merupakan dampak destruktif dari kapitalisme global. Seorang pakar ekonomi peraih Nobel, Joseph Stiglitz, yang dijuluki oleh majalah The Economist sebagai pahlawan gerakan antiglobalisasi, menulis dalam bukunya The Roaring Nineties:

Peristiwa 11 September 2001 mempertontonkan sisi yang lebih kelam lagi dari globalisasi. Kendati akar masalahnya kompleks, jelas bahwa keputusasaan dan tingginya tingkat pengangguran di sebagian besar belahaan dunia menjadi lahan subur bagi tumbuhnya terorisme.

Indonesia jelas tidak luput dari pengaruh negatif kapitalisme global ini, yang ditandai dengan masih tingginya angka kemiskinan, pengangguran, mahalnya pendidikan dan kesehatan, juga maraknya aksi-aksi teror yang juga terjadi di negeri kita. Ironisnya, menjelang pemilu besok tidak jelas bagaimana sikap politisi kita hadapi problem global ini. Padahal, di tempat lain genderang perang sudah mulai ditabuh. Kalau sudah seperti ini perubahan politik seperti apa yang bisa diharapkan kelak? Akankah pemilu yang habiskan dana puluhan trilyun itu hanya terbuang sia-sia?