You are currently browsing the tag archive for the ‘spiritual’ tag.

Kita telah mengenal berbagai ragam dan bentuk kecerdasan serta kontribusinya terhadap kesuksesan manusia. Berbagai konsep tentang kecerdasan manusia telah dikembangkan dan disempurnakan dari waktu ke waktu:

  1. IQ (kecerdasan intelektual): Kecerdasan untuk memahami pemikiran kita. Seperti berfikir, belajar, atau melakukan sebuah analisis. Dulu IQ menjadi tolak ukur utama untuk memprediksi tingkat kesuksesan seseorang.
  2. EQ (kecerdasan emosional): Kecerdasan untuk memahami perasaan kita dan orang-orang disekitar kita. Seperti kemampuan berempati atau memotivasi orang lain. EQ dianggap memberi kontribusi lebih besar dalam meraih kesuksesan ketimbang IQ, karena orang yang IQ tinggi dan EQ rendah cenderung bersifat asosial dan acap kali dikucilkan oleh lingkungannya.
  3. SQ (kecerdasan spiritual): Kecerdasan untuk memahami makna dan arti hidup kita. Orang yang memiliki IQ dan EQ yang tinggi bisa saja berhasil meraih puncak kesuksesan. Tapi tidak sedikit ketika mereka meraihnya, mereka diliputi perasaan hampa dan kering yang memilukan, karena tidak tahu apa makna dan arti hidupnya. Maka sebenarnya ia tidak dapat dikatakan telah mencapai puncak kesuksesan. SQ hadir untuk memuaskan dahaga spiritualitas manusia tadi. Memberinya tujuan hidup yang berarti, yakni menyembah dan beribadah kepada Allah Sang Pencipta.

Sampai saat ini SQ dianggap sebagai bentuk kecerdasan yang paling final, yang bisa merangkul dan memimpin bentuk-bentuk kecerdasan lainnya. Apakah SQ benar-benar merupakan bentuk kecerdasan yang final? Jika kita teliti, bentuk-bentuk kecerdasan di atas hanya bekerja pada aspek personal semata. Padahal persoalan aktual yang kita hadapi saat ini, selain berdampak pada aspek personal, juga berdampak pada aspek sosial-politik. Apalagi belakangan ini krisis kapitalisme global hampir-hampir mencapai puncaknya (ketika AS menginvasi Afghanistan dan Irak untuk kepentingan ekonomi kapitalisnya). Dan kerusakakan terparah dan terbesar justru terletak pada aspek sosial dan politiknya, bukan pada aspek personalnya. SQ, seperti yang telah didemonstrasikan selama ini, lebih concern bagaimana mencapai sukses personal atau institusional (keluarga atau kerja/bisnis) dan cenderung mengabaikan sukses sosial dan politik. Dengan kata lain nilai-nilai spiritual yang ada hanya bisa mewarnai dimensi personalnya saja, tidak mampu mewarnai dimensi sosial politiknya.

Oleh karena itu, saat ini kita memerlukan sebuah bentuk/rumusan kecerdasan baru yang lebih relevan menjawab persoalan aktual akibat krisis kapitalisme global ini. Serta untuk bisa meraih sukses sejati, baik pada lingkup personal ataupun lingkup sosial-politik. Bentuk kecerdasan baru itu adalah kecerdasan politik (PQ: Political Quotient). PQ adalah kecerdasan untuk memahami penataan atau pengaturan yang berlaku di masyarakat kita. PQ mendorong seseorang untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah yang sedang terjadi di masyarakat kita saat ini? Bagaimana ekonomi, politik, sosial kita ditata? Apakah penataan dan berbagai paket kebijakan yang dibuat mampu mensejahterakan kita, atau justru merugikan kita? Dan yang terpenting adalah, atas dasar cara pandang atau paradigma apa kehidupan ini diatur dan dikelola? Pertanyaan terakhir ini akan mengarahkan kita kepada pemahaman bagaimana seharusnya kehidupan ini ditata. Sebagai contoh, kenapa BBM kemarin naik? Apakah memang harus naik? Apa alasannya? Paradigma apa yang mendasarinya? Bagaimana penyelesaiannya seharusnya? Dan seterusnya. Ketika PQ berpadu dengan SQ, ketika PQ diberi tujuan dan makna spiritual oleh SQ, maka jadilah PSQ (Political Spiritual Quotient). Saat ini standar sukses di masyarakat kita adalah SQ yang tinggi.

Gambarannya adalah orang yang sukses, bahagia lahir dan batin. Titik. Tetapi apa yang terjadi jika SQ tinggi dan PQ rendah? Orang-orang seperti ini memang berhasi meraih kebehagaiaan, punya keluarga yang harmonis, mungkin perusahaan atau karir yang cemerlang. Tapi secara tidak sadar ia sesungguhnya punya andil dalam melanggengkan tata sosial-politik yang zhalim. Ketika terjadi proses pemiskinan atau kejahatan politik-ekonomi lainnya di tengah masyarakat, maka ia juga ikut andil di dalamnya. Orang-orang dengan SQ tinggi dan PQ rendah juga kurang bisa mengapresiasi problem-problem sosial-politik, melacak akar permasalahannya dan memberikan solusi yang memadai. Sering kali problem-problem sosial tadi diselesaikan dengan pendekatan personal. Sebagai contoh ketika BBM naik solusinya adalah sabar. Dan yang paling berbahaya, orang-orang dengan SQ tinggi dan PQ rendah sangat rentan dimanfaatkan oleh tata sosial politik yang zhalim, atau oleh aktor-aktor politik yang PQnya tinggi, yang punya kepentingan untuk melanggengkan tata sosial-politik yang zhalim tadi.

Saat ini yang penting bagi kita adalah bagaimana mengembangkan dan mengasah kecerdasan spiritual dan politik (PSQ). Mereka yang memiliki PSQ tinggi adalah yang berhasil meraih keberhasilan personal, juga memiliki keluarga yang harmonis, mungkin juga seorang pengusaha sukses atau seorang eksekutif di perusahaan yang memiliki karier cemerlang. Tapi yang paling membedakannya dengan orang-orang yang hanya punya SQ tinggi adalah, mereka tidak berdiam diri atau pasrah melihat tata sosial-politik yang zhalim ini. Atau sekedar mencukupkan diri dengan menyelesaikan problem-problem sosial-politik dengan pendekatan moral-personal. Mereka berani dan bernyali berdiri di barisan terdepan menggugat kezhaliman dan ketidakadilan yang dimapankan selama ini. Namun tetap menggunakan cara-cara yang dituntunkan oleh Rasulullah saw; rendah hati, tidak arogan, santun dan simpatik.

PSQ sebenarnya adalah perluasan dari SQ, dimana SQ hanya bekerja pada dimensi personal saja. Sedangkan PSQ disamping bekerja pada dimensi personal, juga bekerja pada horison yang lebih jauh; mencakup dimensi sosial dan politik dari kehidupan manusia. Kalau SQ bicara tentang kemampuan menata diri, PSQ bicara tentang kemampuan menata diri dan negeri sekaligus. Kalau SQ adalah kemampuan mengarahkan pemikiran, perasaan, dan tindakan kita untuk meraih tujuan spiritual. PSQ adalah SQ ditambah dengan kemampuan mengarahkan pemikiran dan perasaan kolektif masyarakat, beserta tatanan yang berlaku di dalamnya, untuk meraih tujuan spiritual. Harapannya PSQ bisa menghantarkan dan melejitkan manusia untuk meraih sukses sejati.

Sedjak satoe maret 2009

  • 81.573 hits