You are currently browsing the monthly archive for Februari 2010.

Jika tidak ada perubahan, sekitar tanggal 20-22 Maret 2010 ini, Presiden AS Barack Obama akan berada di Indonesia. Pemerintah Indonesia tampak menaruh banyak harapan kepada Obama. Untuk itu, Pemerintah telah menyiapkan beberapa inti pembicaraan yang akan dijadikan acuan untuk merumuskan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara Indonesia dan AS.

Sebagian ulama, seperti Din Syamsudin menyerukan umat Islam harus menyambut Obama sebagai tamu dengan ramah tamah. Apakah benar umat Islam Indonesia harus menyambut Obama sebagai tamu dengan ramah dan rasa hormat? Yang pasti, umat Islam saat ini sangat perlu mengetahui hakikat masalah ini dari sudut pandang Islam, bukan dari asas manfaat.

Memang benar, salah satu kewajiban kaum Muslim adalah menyambut dan memulyakan tamu. Imam Bukhari dan Muslim menuturkan sebuah riwayat dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.”[HR. Bukhari dan Muslim]

Tamu yang disebut di dalam hadits di atas mencakup tamu muslim maupun non muslim. Kata “dlaifahu” termasuk dalam lafadz umum, sehingga mencakup semua jenis tamu; baik tamu muslim, non muslim, laki-laki, maupun perempuan. Semua tamu wajib disambut dan dimulyakan dan dihormati berdasarkan nash-nash hadits di atas. Seorang Muslim juga diperintahkan untuk memenuhi hak-hak tamu, sekadar dengan kemampuannya.

Namun, apakah Obama termasuk tamu yang layak mendapatkan perlakuan di atas? Kita tentunya harus melihat fakta, siapakah sebenarnya Obama? Bagaimana sepak terjangnya sejauh ini? Pada awalnya, Obama memang diharapkan sebagai Presiden yang tidak meneruskan kebijakan Bush yang bersimbah darah, dengan menginvasi Afghanistan dan Irak, mendukung Israel menjajah tanah kaum muslimin Palestina, dan membiarkan praktek-praktek penyiksaan sadis atas tahanan muslim di Guantanamo. Tapi kenyataannya yang terjadi kemudian adalah:

  • Obama hingga sekarang tidak sedikitpun mengungkapkan rasa simpati terhadap para korban tragedi Gaza setahun lalu. Jangankan simpati terhadap korban atau kutukan terhadap pelaku, menyinggung peristiwa itu saja tidak pernah ia lakukan. Dalam pidato inagurasi atau pelantikannya sebagai Presiden, tak sedikitpun ia menyinggung soal Gaza. Padahal itu peristiwa besar dengan korban lebih dari 1.300 orang tewas, yang telah menarik perhatian masyarakat dunia. Seniman Michael Hart, bahkan Paus saja mengecam Israel. Tapi bagi Obama, tragedi Gaza itu seolah tidak pernah ada.
  • Alih-alih menarik pasukan, Obama justru menambah 30 ribu pasukan ke Afghanistan. Itu artinya tingkat kerusakan dan penderitaan rakyat di sana, termasuk yang kemungkinan bakal tewas, akan meningkat.
  • Obama juga tidak sepenuhnya menarik pasukan AS dari Irak. Menurut penelitian John Hopkins University, akibat invasi AS ke Irak sejak tahun 2003 lebih dari 1 juta warga sipil Irak tewas. Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua tragedi ini? Amerika Serikat tentu. Dan kini negara itu dipimpin oleh Obama. Memang dulu ketika AS menginvasi Irak dan Afghanistan, AS dipimpin oleh Presiden Bush. Tapi Obama tidak mengubah kebijakan biadab itu.
  • Obama hingga saat ini belum menutup Penjara Guantanamo sesuai janjinya, yang menjadi tempat penahanan dan penyiksaan banyak Muslim yang tidak bersalah dan tempat penghinaan terhadap Islam dan Al-Quran. 
  • Wajar jika pamor Obama saat ini turun, setelah ketahuan belangnya setali tiga uang dengan Bush. Menurut hasil studi yang dilakukan Pew Research Centre seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (25/2/2010), dukungan kaum muda Amerika Serikat (AS) terhadap Partai Demokrat mengalami penurunan. Padahal dukungan merekalah yang turut memberikan kemenangan bagi Presiden Barack Obama dalam pemilihan presiden AS tahun 2008 lalu. Studi tersebut didasarkan pada wawancara dengan 2.020 orang. Hasilnya, terlihat penurunan dukungan dari mereka yang berumur 18-29 tahun. Pada pemilihan presiden AS 2008 lalu tercatat 62 persen pendukung Partai Demokrat versus 30 persen untuk Partai Republik. Angka itu berubah menjadi 54 persen untuk Demokrat versus 40 persen untuk Republik pada Desember 2009 lalu.

Nah, sosok presiden seperti itulah yang rencananya akan mengunjungi negeri kita. Sebuah sosok yang kejam, yang tidak beda dengan Bush, yang tangannya berlumuran darah dan yang tidak memiliki rasa belas kasih sedikitpun.

Jika hukum asalnya wajib memuliakan tamu, baik muslim ataupun non muslim, maka hukumnya menjadi berbeda jika tamu tersebut adalah pihak yang telah jelas-jelas memusuhi dan menzhalimi umat Islam. Di dalam Al-Quran, Allah SWT justru telah melarang untuk menampakkan kesetiaan dan kasih-sayang kepada mereka:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman-teman setia—yang kalian sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad)—dengan penuh kasih-sayang (QS al-Mumtahanah [60]: 1).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil sebagai teman kepercayaan kalian orang-orang yang berada di luar kalangan kalian karena mereka tidak henti-hentinya menimpakan kemadaratan atas kalian. Mereka menyukai apa saja yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi (QS Ali ‘Imran [3]: 118).

Disamping itu, penerimaan dan penyambutan Barack Obama di negeri ini tentu akan menambah penderitaan dan rasa sakit kaum Muslim yang pada saat ini tengah menghadapi serangan militer Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Irak, Afganistan, Pakistan, Palestina dan negeri-negeri kaum Muslim lainnya. Bayangkan jika ada orang yang dengan terang-terangan selalu menyakiti dan menzhalimi Anda, merampas harta dan kehormatan Anda, tapi ternyata dibelakang saudara dekat Anda sendiri bersahabat setia dan memuliakannya, padahal ia tahu orang yang dimuliakannya tersebut sering menyakiti dan menzhalimi Anda. Bagaimana perasaan Anda? Allah telah melarang kita memuliakan mereka:

Orang-orang yang menyakiti kaum Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat sesungguhnya telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata (QS al-Ahzab [33]: 58).

Nabi Muhammad saw. bersabda, sebagaimana dituturkan Anas bin Malik ra:

"Siapa saja yang membela saudaranya saat tidak ada di dekatnya, Allah akan membelanya di dunia dan di akhirat." (HR Asy-Syihab).

Beliau juga bersabda:

"Siapa saja yang membela kehormatan saudaranya, Allah akan menolak api neraka pada Hari Kiamat dari wajahnya." (HR at-Tirmidzi).

Salah satu wujud pembelaan seorang Muslim terhadap kaum Muslim lain di Irak, Afganistan, Pakistan dan Palestina yang saat ini tengah menghadapi invasi militer Amerika adalah menolak kunjungan, kerjasama, maupun intervensi non-fisik dari para penguasa penjajah dan antek-anteknya seperti Amerika, Inggris dan Israel.

Selain itu, banyak riwayat yang menunjukkan bagaimana sikap Rasulullah saw terhadap para utusan kaum kafir yang memusuhi Islam dan kaum Muslim. Misal, Rasul saw. tidak menggubris Abu Sufyan, utusan kafir Qurays saat itu, yang mendatangi Nabi saw. untuk memperbaiki perjanjian dengan beliau yang sebelumnya mereka langgar. Rasul saw. pun pernah bersabda kepada utusan Musailamah al-Kadzdzab, "Seandainya kamu bukan seorang utusan, niscaya sudah aku penggal lehermu." (HR Ahmad dan Abu Dawud). Jelas, sikap beliau sangat keras dan tidak menunjukkan penerimaan yang ramah terhadap ‘tamu’ seperti mereka.

Riwayat hidup Obama yang masa kecilnya pernah tinggal dan bersekolah di Jakarta, juga ada di antara nenek moyangnya yang beragama Islam tidak bisa dijadikan dasar untuk mengistimewakan dirinya. Obama, ya Obama. Kita menilai dari apa yang dia lakukan, khususnya selama ia menjadi Presiden AS. Jangankan sekadar pernah tinggal, seorang warga negara Indonesia yang Muslim sekalipun bila tangannya berlumuran darah, membunuh banyak orang tetap saja harus kita hukum. Ingatlah pada sebuah hadits di mana Rasulullah menyatakan bahwa andai Fatimah anak perempuan Muhammad mencuri niscaya pasti juga akan dipotong tangannya

Tambahan lagi, sebagai negara, Indonesia dalam pembukaan konstitusi telah menegaskan penentangannya terhadap segala bentuk penjajahan, dan karenanya penjajahan itu harus dihentikan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dalam konteks Obama, kalau konsisten dengan prinsip ini semestinya Indonesia juga harus menentang penjajahan yang dilakukan oleh AS di Irak dan Afghanistan. Dan bentuk paling ringan penentangan itu adalah menolak kehadiran presiden dari negara penjajah itu.

(disadur secara bebas dari sini dan sini)

Posted via email from pedy post-terus

TEXAS_PLANE_CRASH1_32778f.jpg

Add some American Muslim activists to the list of people wondering why last week's airplane attack on an IRS building in Austin, Texas, isn't being considered a terrorist act.

The Council on American-Islamic Relations held a news conference in Washington today to protest what it regards as a double standard in classification of politically motivated attacks. The group says deadly attacks by non-Muslims sometimes seem to escape the terrorist label, raising the question of whether "terrorist" is really a classification that's largely reserved for Muslims.

"This apparent double standard only serves to render the term ‘terrorism' meaningless and imbues it with a sense of religious and ethnic bias that is both counterproductive and offensive," CAIR counsel Nadhira Al-Khalili said in a statement.

U.S. officials have noted there are no known connections between the pilot, Andrew Joseph Stack, and any terrorist groups. Stack, who died after he flew a single-engine plane into a building that housed IRS offices, left behind an online rant in which he complained bitterly about what he described as repeated unfair treatment by U.S. tax policy.

"Nothing changes unless there is a body count (unless it is in the interest of the wealthy sows at the government trough)," he wrote. "In a government full of hypocrites from top to bottom, life is as cheap as their lies and their self-serving laws….by not adding my body to the count, I insure nothing will change."

The Obama administration also has been criticized for not classifying Army psychiatrist Maj. Nidal Hasan, who is Muslim, as a terrorist after he allegedly killed 13 and wounded 30 in a shooting spree at Fort Hood, Texas. His communications with an extremist Muslim clergyman, Anwar al-Awlaki, and visits to extremist Web sites, raised questions about whether he had international ties (by John D. McKinnon, source).

Posted via email from pedy post-terus

Tahukan Anda, kalau penggunaan FOSS (Free Open Source Software) nantinya akan disamakan dengan pembajakan (piracy)? Bahkan lebih buruk; pengguna FOSS akan dijadikan "enemy of the state", lebih tepatnya "enemy of capitalism". Oleh siapa? Siapa lagi kalau bukan US goverment. Heck, they even already put Indonesia in their watchlist.

It turns out that the International Intellectual Property Alliance, an umbrella group for organisations including the MPAA and RIAA, has requested with the US Trade Representative to consider countries like Indonesia, Brazil and India for its "Special 301 watchlist" because they use open source software.

What's Special 301? It's a report that examines the "adequacy and effectiveness of intellectual property rights" around the planet – effectively the list of countries that the US government considers enemies of capitalism. It often gets wheeled out as a form of trading pressure – often around pharmaceuticals and counterfeited goods – to try and force governments to change their behaviours (source).

Sekilas info, inilah negara-negara dimana penggunaan FOSS (Linux) sangat populer:


(sumber)

Lebih jauh lagi, dalam sebuah rekomendasinya pada tahun 2009 lalu, IIPA (International Intellectual Property Alliance) menyebutkan Indonesia layak mendapatkan Special 301 status, karena menyarankan, sekali lagi menyarankan, bukan memaksa seluruh departemen negara dan BUMN menggunakan FOSS pada tahun 2011. Berikut petikan rekomendasinya:

The Indonesian government's policy… simply weakens the software industry and undermines its long-term competitiveness by creating an artificial preference for companies offering open source software and related services, even as it denies many legitimate companies access to the government market (source).

Halah, dasar kapitalis maunya cari untung dengan meng-eksploitasi negara orang. Kalau bicara soal IP (Intellectual Property), dunia open source software justru lebih strict ketimbang dunia proprietary software. Saya tidak tahu dengan Anda, tapi saya justru bangga dengan sebutan "enemies of capitalism". Ayo gunakan dan sebarkan FOSS, lawan kapitalisme!

Posted via email from pedy post-terus

Persia dikenal sebagai negeri yang indah, megah, dan sangat mewah. Hormuzan adalah salah seorang komandan militer Persia. Ketika Islam berhasil menaklukkan Perisa, Hormuzan pun ditahan. Ia beserta dua belas petinggi persia lainnya dibawa ke ibukota negara Islam di Madinah sebagai tawanan perang. Ketika tiba di Madinah, orang-orang kagum melihat mereka yang masih mengenakan pakaian kebesaran mereka yang mewah dan indah. Mereka dibawa ke kediaman Khalifah Umar namun ia tidak ada di rumah, sehingga membuat Hormuzan heran seraya berkata mengejek, “Raja kalian hilang?!”
   
Setelah diberitahu bahwa Khalifah sedang berada di dalam Masjid, mereka pun dibawa ke sana. Ternyata mereka menjumpai Khalifah sedang tidur dengan berbantalkan gulungan selendangnya. Hormuzan pun semakin heran, merasa berada di dunia lain penuh misteri, yang sama sekali tidak lazim di negerinya yang penuh silau gemerlap mewahnya dunia. Seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya, ia bertanya lagi, “Benarkah dia raja kalian?!”

Salah seorang pengawal menjawab, “Benar, ia adalah Khalifah kami, amirul mukminin.” Keheranan Hormuzan terus bertambah, karena raja yang selama ini dikenalnya biasanya duduk di atas tahta emas berlian di puncak istana tertinggi. Itu pun dengan pengawalan ketat berlapis-lapis. Sungguh ini sangat tak lazim, katanya dalam hati. Lebih tak lazim lagi, karena orang yang ada dihadapannya adalah “raja” yang memiliki kekuatan yang lebih besar dari negerinya, Persia, sehingga bisa ditaklukkan oleh Islam.

Ia kemudian bertanya, “Mengapa ia tidak dikawal dan tidak pula dijaga?!” Mereka menjelaskan bahwa Allah-lah yang menjaga hingga ajal menjemputnya. Hormuzan, yang diperlakukan dengan baik diam-diam tertarik dengan agama baru yang berhasil menaklukkan rajanya. Tapi bagaimana pun ia menolak ajakan masuk Islam dan tetap memeluk keyakinannya yang lama.

Sesaat sebelum eksekusi hukuman matinya, Hormuzan merasa haus dan minta air. Umar berkata, “Engkau tidak akan menjalani hukuman mati dalam keadaan dahaga.” Lalu Umar memberi perintah agar diambilkan air. Ketika air itu telah berada di tangan Hormuzan, Umar berkata, “Minumlah, aku tidak akan membunuhmu hingga engkau meminumnya.”

Mendengar kata-kata Umar, Hormuzan merasa mendapat peluang menyelamatkan diri dengan membuang air itu. Sebab yang sejauh ia ketahui, para pemimpin kaum muslimin senantiasa menepati janji. Pada awalnya, Khalifah Umar tetap berniat mengeksekusi mati Hormuzan. Tapi Hormuzan mengingatkan bahwa Umar telah berjanji tidak akan membunuhnya hingga air itu diminum. Dan beberapa sahabat senior Umar seperti Zubair, Anas, dan Abu Said membenarkan perkataan Hormuzan. Akhirnya Umar pun membatalkan perintahnya.

Kemuliaan, kesederhanaan dan keagungan sifat para pemimpin Islam yang selama ini sayup-sayup terdengar, kini benar-bernar disaksikan langsung sendiri oleh mata kepala Hormuzan. Kemudian ia berkata, “Wahai amirul mukminin, pemimpin orang-orang beriman, sekarang aku bersaksi bahwa tiada sesembahan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.” Setelah mendengar syahadat Hormuzan, Umar memberi perintah agar ia diperlakukan dengan hormat dan baik. Setelah masuk Islam, Hormuzan pun menjalankan ajaran agama barunya itu.

Posted via email from pedy post-terus

Always look at what you have left. Never look at what you have lost.

– Robert H. Schuller

Posted via email from pedy post-terus

Jenderal-jenderal pasukan militer Romawi yang kalah perang melawan pasukan muslim dipanggil oleh Kaisar Heraclius di Antakia, salah satu kota di Suriah. Ia menumpahkan kekecewaan dan kemarahannya seraya membentak:

“Katakan kepadaku siapakah pasukan yang kalian perangi itu, bukankah mereka juga manusia seperti kalian? Lalu mengapa kalian tak mampu mengalahkan mereka?!”

Para jenderal itu hanya bisa tertunduk dan menjawab, “Mereka adalah orang-orang Islam.”

Heraclius masih dengan nada tinggi membentak mereka, “Bukankah jumlah kalian jauh lebih besar, senjata kalian jauh lebih lengkap, dan perbekalan kalian jauh lebih banyak!”

Para petinggi militer Romawi yang dikenal gagah berani itu hanya bisa tertunduk lesu mengakui kekalahan dan kelemahan mereka melawan tentara Islam. Tiba-tiba di tengah keheningan dan kebisuan, salah seorang dari mereka berkata,

“Paduka Kaisar yang agung, izinkanlah hamba untuk angkat bicara…” Lalu Kaisar pun mengizinkannya. Kemudian ia menjelaskan, “Bilamana kami melakukan serbuan, mereka teguh pantang menyerah menghadapi kami. Sedangkan jika mereka yang menyerbu kami, kami lemah dan mudah menyerah menghadapi mereka.”

Mendengar penuturan naif jenderal ini, Kaisar Heraclius bertambah murka lalu berkata: “Cerlakalah kalian! Jadi bagaimana mereka memandang kalian dan kalian memandang mereka!?”

Jenderal itu menjelaskan lagi, “Baginda, mereka adalah orang-orang yang berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari, tidak pernah mengingkari janji, senantiasa mengajak kepada kebaikan dan saling mencegah keburukan, tidak melakukan kezhaliman kepada siapa pun, saling mencintai dan berbuat adil."

"Sedangkan kita adalah orang-orang yang banyak meminum khamr, gemar melakukan zina, sering berbuat tak senonoh, selalu mengingkari janji, tidak mampu mengendalikan amarah, sering melakukan kezhaliman dan berbuat kerusakan di bumi, selalu mengajak yang dibenci Tuhan dan saling mencegah yang dicintai Tuhan.”

Kaisar Heraclius pun hanya bisa terdiam seribu bahasa.

Posted via email from pedy post-terus

Kita bagaikan debu tak berarti di hadapan alam semesta, apalagi di hadapan Sang Pencipta.

Posted via email from pedy post-terus

Bernanke

Calling it “basically no more than five rectangular strips of paper,” Fed chairman Ben Bernanke illustrates how much “$200” is actually worth.

I really hope I’ll read this on Wall Street Journal someday…

Posted via web from pedy post-terus

Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

– QS. At-Taubah (9):24

  
Download now or listen on posterous

009024.mp3 (938 KB)

Posted via email from pedy post-terus

TELF, KOMPAS.com — Seorang miliuner Austria, Karl Rabeder, memberikan setiap sen kekayaanya senilai total 3 juta poundsterling atau setara Rp 50 miliar setelah menyadari kekayaannya tidak membuat dirinya bahagia.

Rabeder (47), pengusaha sukses dari Telfs, kini tengah menjual vila mewah dengan danaunya serta pemandangan pengunungan Alps yang spektakuler senilai Rp 21 miliar. Dia juga menjual rumah pertanian dari batu serta belasan hektar lahan di sekitaranya di Provence dengan nilai Rp 10 miliar, serta enam koleksi pesawat terbang layang senilai Rp 6 miliar dan sebuah mobil audi mewah senilai Rp 700 juta. Selain itu, dia telah menjual perabot interior dan aksesori bisnis, dari vas hingga bunga artifisial.

“Rencana saya adalah untuk tidak menyisakan apa pun. Tidak memiliki apa pun,” katanya kepada The Daily Telegraph pada awal pekan ini. “Uang itu kontraproduktif, uang menghalangi datangnya kebahagiaan.”

Ia akan keluar dari rumah mewahnya itu, lalu menyepi ke sebuah pondok kayu kecil yang ciamik di pengunungan tersebut atau ke sebuah rumah sederhana di Innsbruck. Semua hasil penjualan hartanya akan menjadi modal untuk lembaga amal yang dia dirikan di Amerika Tengah dan Latin, tetapi ia tidak akan mengambil gaji dari situ.

“Lama saya meyakini bahwa dengan banyak kekayaan dan kemewahan berarti secara otomatis akan lebih membahagiakan,” katanya. “Saya berasal dari kerluarga yang sangat miskin, yang aturanya adalah bekerja lebih keras untuk mencapai hal-hal material yang lebih banyak dan saya melakukan hal itu bertahun-tahun,” kata Rabeder.

Namun, dia kemudian merasakan sesuatu yang lain, perasaan yang justru bertentangan dengan keyakinan awalnya. “Semakin sering saya mendengar kata-kata, ‘Hentikan apa yang Anda lakukan sekarang, segala kemewahan dan konsumerisme ini, dan mulailah hidupmu yang sesungguhnya,'” katanya. “Saya merasa, saya bekerja laksana budak untuk hal-hal yang tidak saya ingin atau butuh. Saya kira bahwa ada banyak orang lain yang melakukan hal yang sama.”

Bagaimanapun, selama bertahun-tahun dia tidak cukup berani untuk menghentikan semua hal yang memerangkap kenyamanan eksistensinya. Akhirnya titik balik itu terjadi saat dia berada dalam liburan selama tiga minggu bersama istrinya di Kepulauan Hawaii.

“Itu merupakan guncangan terbesar dalam hidup saya ketika saya menyadari betapa mengerikan dan tanpa perasaannya kehidupan bintang lima itu,” katanya. “Dalam tiga minggu tersebut, kami menghabiskan semua uang yang mungkin dapat Anda belanjakan. Namun, dalam keseluruhan waktu itu, kami merasa bahwa kami tidak menemukan seorang pribadi yang nyata, semuanya aktor. Para staf memainkan peran untuk ramah dan para tamu memainkan peran sebagai orang penting dan tidak seorang pun nyata.”

Dia memiliki perasaan bersalah yang sama ketika melakukan perjalanan ke Amerika Selatan dan Afrika. “Saya semakin mendapatkan sensasi bahwa ada hubungan antara kekayaan kami dan kemiskinan mereka,” katanya. Tiba-tiba dia menyadari, “Jika saya tidak melakukan ini sekarang, saya tidak pernah melakukan hal ini dalam sisa hidup saya.”

Maka, Rabeder memutuskan untuk mengundi rumahnya di Alpine. Ia menjual sebanyak 21.999 tiket lotere, masing-masing hanya seharga 87 poundsterling. Rumah di Provence di Desa Cruis dijual oleh agen properti lokal.

Semua uang akan disalurkan untuk usaha kredit mikro yang menawarkan pinjaman skala kecil kepada warga Amerika Latin dan membangun bantuan strategis untuk pemberdayaan diri orang-orang di El Salvador, Honduras, Bolivia, Peru, Argentina, dan Cile.

Sejak menjual hartanya, Rabeder mengatakan bahwa dirinya merasa bebas, tidak lagi merasa terbebani. Namun, dia mengatakan, ia tidak akan menghakimi orang kaya yang memilih untuk terus menumpuk kekayaan. “Saya tidak punya hak untuk memberikan nasihat bagi orang lain. Saya hanya mendengar suara hati saya.”

Bagi seorang muslim, harta bukanlah tujuan melainkan hanyalah sarana untuk beramal shaleh lebih banyak dan lebih banyak lagi. Dengan harta, seorang muslim bisa banyak beramal lebih banyak, ketimbang tidak punya harta.

Harta bukanlah sumber kebahagiaan, tapi memanfaatkan harta di jalan-Nya, untuk mengharap ridha-Nya, itulah sumber kebahagiaan sejati. Karena harta yang kita infakan fi sabilillah adalah harta milik kita sesunggunya yang tidak akan pernah hilang pahalanya, abadi selamanya.

Letakkanlah harta di tangan, bukan di hati. Jika harta kita letakkan di hati, maka ketika ia bertambah kita bahagia meluap-luap, tapi ketika ia berkurang kita megap-megap. Mereka ini yang disebut Nabi saw sebagai abdu dinar dan abdu dirham (hamba emas dan perak).

Cari harta sebanyak-banyaknya, manfaatkan sebanyak-banyaknya di jalan-Nya, konversikan semua hartamu ke dalam “kurs” pahala, jangan jatuh cinta kepada harta, tapi jatuh cintalah kepada pemilik semua harta, Sang Maha Kaya, Allah SWT, dengan memanfaatkan harta sejalan dengan syariah-Nya.

Posted via web from pedy post-terus

Sedjak satoe maret 2009

  • 81.573 hits