PSQ (political spiritual quotient) sebenarnya adalah sebuah istilah yang menggambarkan kapasitas seseorang yang bisa memahami bagaimana sebenarnya dunia ini bekerja, atas dasar paradigma dan ideologi apa kehidupan ini ditata dan dikelola, termasuk apakah semuanya tadi bisa mensejahterakan umat manusia atau tidak. Orang-orang yang PSQ-nya rendah hanya akan bisa melihat penampakan luar dari berbagai fenomena kehidupan ini. Sedangkan mereka yang PSQ-nya tinggi seolah seperti mengenakan kaca mata sinar-X, yang bisa menerawang jauh melebihi penampakan luar dari fenomena kehidupan. Dibalik itu mereka bisa melihat bagaimana mesin-mesin sosial bekerja, saling berkait kelindan satu dengan yang lain, saling terhubung dan terajut membentuk tatanan kehidupan yang kompleks. Ketika banyak orang hanya bisa menyerah dan pasrah dicengkram tata sosial politik yang zhalim, orang-orang dengan PSQ yang tinggilah yang akan menyelamatkan dan membebaskan mereka.
Mengapa disebut kecerdasan (quotient)? Para psikolog mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyadari dan mengendalikan sesuatu. Anda dikatakan memiliki IQ atau kecerdasan intelegensi tinggi jika Anda memiliki kesadaran bagaimana fikiran Anda bekerja, kemudian Anda memanfaatkan dan mengendalikannya untuk memecahkan suatu persoaalan. Anda dikatakan memiliki EQ atau kecerdasan emosional tinggi ketika Anda memiliki kesadaran terhadap perasaan Anda, dan juga perasaan orang-orang disekitar Anda, kemudian Anda memanfaatkan dan mengendalikannya untuk tujuan-tujuan tertentu. Anda dikatakan memiliki SQ atau kecerdasan spiritual yang tinggi jika Anda sadar apa makna dan tujuan hidup Anda, dan mengendalikan perjalanan hidup Anda agar sejalan dengan makna dan tujuan yang telah Anda pilih sebelumnya. Anda dikatakan memiliki PQ atau kecerdasan politik tinggi ketika Anda memiliki kesadaran terhadap apa yang sedang terjadi dalam kehidupan ini, bagaimana kehidupan ini bekerja, serta bagaimana Anda mengendalikan dan merubahnya, ketika tata sosial politik yang ada terbukti zhalim dan mensengsarakan umat manusia.
Orang-orang yang memiliki IQ tinggi sering ditemukan pada dunia akademik, riset, sains dan teknologi. Yang lazimnya bekerja sendirian di lab dan hanya berkawan dengan mesin atau komputer. Tidak sedikit dari mereka yang cenderung asosial dan tidak mudah bergaul. Berbeda dengan IQ,Β orang-orang yang memiliki EQ tinggi banyak ditemukan pada dunia bisnis dan organisasi. Mereka punya daya empati, kemampuan memotivasi dan interpersonal yang tinggi, dan karenanya mereka sering jadi pemimpin. Lalu mengapa harus ada SQ? Karena faktanya banyak orang yang IQ dan SQ-nya tinggi tetapi sengsara hidupnya, atau bahkan mensengsarakan orang lain. Karena tidak memiliki kesadaran untuk menangkap dan memberi makna dan tujuan hidup mereka. Inilah SQ. Para pencuri dan penjahat kerah putih jelas memiliki IQ terutama EQ yang tinggi, tapi SQ yang rendah.
Inilah kenyataannya; di dunia ini banyak orang dengan IQ, EQ, bahkan SQ tinggi, tapi dunia nampaknya tidak menjadi lebih baik. Saat ini training-training spiritual telah menjadi tren dan mewabah di mana-mana, tapi kezhaliman politik, ekonomi dan sosial juga masih terjadi di mana-mana. Mengapa? Mereka tidak menyertakan PQ dalam list kecerdasan yang harus mereka asah dan kembangkan.
Padahal PQ adalah sebuah kesadaran dan kemampuan untuk mengubah dan mengendalikan zaman. Mereka-mereka yang memiliki IQ, EQ bahkan SQ tinggi belum tentu memiliki kemampuan tadi. Anda mungkin selama ini tidak sadar, bahwa dibalik setiap revolusi atau perubahan besar dalam sejarah, ada orang-orang dengan PQ tinggi yang bekerja dibalik panggung.
Namun kalau hanya PQ saja yang tinggi, itu juga menjadi masalah. Karena PQ akan berjalan tanpa pijakan spiritual yang kokoh. Tanpa tujuan ibadah dan menyembah Allah Sang Pencipta. Akhirnya yang muncul adalah kecerdasan politk yang sekular dan liberal, yang menghalalkan segala cara untuk mereguk kenikmatan materi. Kalau PQ berdiri sendiri, ia akan dapat menolong atau mensengsarakan umat manusia, tergantung tujuan yang mengendalikannya. Seharusnya PQ diberi makna dan tujuan ilahiyah oleh SQ, sehingga tata kehidupan ini berjalan sesuai dengan apa-apa yang dicintai Allah dan Rasul-nya. Inilah yang dimaksud dengan PSQ.
Inilah beberapa tulisan saya tentang PSQ sebagai “pemanasan” saja.
PSQ Principles:
9 komentar
Comments feed for this article
6 Maret 2009 pada 12:55 pm
hmcahyo
ada pelatihannya nggak mas? atau ada contoh testimoni dari yang ikut pelatihan… ?
teratrik neh π
6 Maret 2009 pada 8:43 pm
pedyanto
Pelatihan? Wah sementara ini belum ada Mas..
Lha wong gagasan ini awalnya juga cuma iseng-iseng aja koq Mas..
Setelah melihat euforia training-trainin spiritual, yang baru bisa mensejukkan hati pesertanya, tapi belum bisa mensejukkan kondisi negerinya..
Sementara lewat blog ini dulu aja Mas.. π
Anyway, syukran katsiran atas apresiasinya!
7 Maret 2009 pada 12:56 am
belajardarikecil
Assalamualaikum
“Oleh karena itu, sesungguhnya sifat-sifat apatis, tak peduli, dan menyerah tadi lebih pantas disematkan kepada orang-orang yang tidak melakukan apa pun.”
kaget juga…kalau kita bisa menerima bahwa ada definisi manusia adalah makhluk politis…maka tidak ada orang yang tidak melakukan apa pun kecuali dia telah mati… atau pada tataran mengerikan gak mau belajar..
nah pertanyaan awal saya adalah…Karena Anda telah menggunakan istilah-istilah akademis..selayaknya Anda berani menjelaskan secara akademis..teori siapa yang Anda ambil…pendekatan kualitatif aja… konkritnya…ketika saya bicara tentang Positive Chaos..di situ ada teori tentang psikologi agama, politik, manajemen…lalu saya kejar di Positive Chaos Communications…dari 2002 belum ada…Insya 4JJI…kalau ngorek2 catatan..dapet lagi..tapi itu ada dan manifest..untuk Politik.Positive Chaos disosialisasikan oleh Yasraf Amir Piliang (misal)
salah satu salah kaprahnya kita. ..adalah bermain pada tataran perasaan seakan-akan itu adalah hal kenyataan (maaf, tidak ada profil utuh Anda,jadi saya gak tau educational based Anda…) tapi sejatinya…itu gak terlalu perlu as long as…
1. Kalau ilmu anda menyangkut pengetahuan barat..maka penguasaan Bahasa Inggris bersifat mutlak
2. Kalau Anda bicara tentang kaitan itu dengan Islam, dan Islam mempunyai bahasa agama, yaitu bahasa ARab…maka penguasaan bahasa Arab adalah mutlak
Apabila keduanya tidak Anda indahkan…maka..maaf, sasaran tembak tulisan anda pun…maaf orang-orang yang biasa-biasa saja..dan masukan mereka pun akan biasa-biasa saja..sehingga Anda tidak terlatih menghadapi masalah yang rumit dari teori yang anda ciptakan…
“Lha wong gagasan ini awalnya juga cuma iseng-iseng aja koq Mas..
Setelah melihat euforia training-trainin spiritual, yang baru bisa mensejukkan hati pesertanya, tapi belum bisa mensejukkan kondisi negerinya..”
Sesuatu yang berangkat dari iseng.2 apalagi euphoria…menurut saya ..itu satu masalah….tapi jauh lebih masalah lagi kalau kita tidak mengerti euphoria, lalu kita lawan dengan euphoria yang lain…
Terima kasih, dan terima kasih atas kunjungan ke 8dk
Wassalamualaikum
7 Maret 2009 pada 11:15 am
pedyanto
Syukron katsiran ala tarkil risalah jayyidah fii hazdihil blog, akhi… man ismuka..?
Limadza laa tunadi ismaka ya akh? La tastahi ya akh, liannahu laisa amran hasanatan..
Have you ever read Seth Godin’s blog about anonymity? He said:
Because you can’t have responsibility with anonymity!
And don’t bother finding the theories and academic backgrounds for my ideas, you won’t find one.. Because like I said, this is just a little and fun project for me to play around.. Oh one more thing, I just remembered the awareness and controlness issues related with the intelligence theory, in the Daniel Goldman’s books if I’m not forgotten.. π
7 Maret 2009 pada 4:53 pm
belajardarikecil
tq.I do have read the things about anonymity..but to be honest…do I spread virus?
Amru Ismi…insya 4JJI fi ainin ghoiru baaid sa astahdir lakum wa lil jamii…tenang aja…saya pun manusia biasa…yang masih punya syahwat untuk dikenal…saya bukan sufi (suka fipi)…jadi saya masih manusia yang melekat keinginan untuk dikenal…
But, I have to confess, If U’ve involved in Indonesian Politics ..we have to considered that this country still has right to sentence person because of political thought..so I do have to let my thought free…eventhough I will not be known by anybody…
Tq…I do learnt a lot from U..
7 Maret 2009 pada 5:11 pm
pedyanto
Alhamdulillah, senang bisa mengenal Anda, saudara seperjuangan Mas Amru..
mudah-mudahan kita bisa terus saling belajar dan saling ingat-mengingatkan..
agar selalu ikhlas, istiqamah dan berani untuk melawan kezhaliman yang dimapankan, merubah negeri tercinta ini lebih baik lagi, di bawah naungan berkah dan ridha dari Allah SWT.. π
11 Maret 2009 pada 12:27 pm
krisnov
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Mas Pedy, istilah PSQ itu asli gagasannya mas ? Sangat bagus sekali….bagaimana kalo istilah itu disosialisasikan dalam training-training keIslaman ?
Selama ini yang kita kenal sudah ada IQ, EQ, SQ, ESQ, HSQ, paling tinggi hanya sampai pada tataran aqidah dengan aktifitas qalbunya yaitu ESQnya Bapak Ari Ginanjar, belum ada yang sampai pada tataran Syariah yang menuntut aktifitas fisik.
Menurut saya PSQ sangat tepat dan sesuai dengan syariah yang menuntut aktifitas fisik.
Terimakasih.
11 Maret 2009 pada 12:30 pm
Pedy
Wa’alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Seingat saya istilah itu baru dipake di sini Mbak. Kalo di-google PSQ keluarnya Pusat Studi Al-Quran, atau yang lebih lucu lagi Photographic Society of Queensland.. π Sedangkan Political Spiritual Quotient masih bertengger di urutan PageRank terbawah π¦
Jujur sebenarnya saya agak ragu pake istilah itu Mbak.. dikira latah π Sperti Mbak bilang, sudah ada IQ, EQ, SQ, ESQ, HSQ. Seingat saya juga ada AQ (Adversity Quotient) dan bahkan ada FSQ (Financial Spiritual Quotient) – Apaan lagi tuh..!?! Tapi keraguan saya tertepis melihat demam spiritual yang melanda saat ini baru pada tataran personal, belum sampai tataran sosial-politik (ato dalam istilah Mbak Novy baru qalbu dan aqidah saja, belum pada aspek syariah yang kaffah). Sehingga ideologi spiritual saat ini masih dipecundangi dengan ideologi kapital-liberal-sekular, akibatnya rahmat dan berkah yang dinanti-nanti tidak kunjung datang.
Dan terimakasih usulan trainingnya, sebenarnya saya dan teman-teman sudah intens mensosialisasikan gagasan ini ke masyarakat luas, dari satu pengajian ke pengajian yang lain, dari satu masjid ke masjid yang lain, salah satunya dengan program bertajuk Safari Siyasah. Meskipun kita tidak menggunakan istilah PSQ, tapi substansinya tetap sama. Yaitu bagaimana melatih kesadaran dan kepekaan politik spiritual umat, dengan menegakkan syariah dan khilafah yang akan mempersatukan umat muslim sedunia..
Sekali lagi terimakasih atas apresiasi dan usulannya.
17 Desember 2009 pada 8:59 am
soso
salam alikum my brothers
i would like to ask question if any body have any anwser give me please
what is mean shiaa,some one told me it is type of islam ,is that true??