You are currently browsing the tag archive for the ‘free sex’ tag.

Fiuuhhh, 😕 cape juga kemarin berjibaku ria pertahankan argumen artikel: Antara Nikah Sirri dan Zinah Sirri di Politikana.com. Biasa, kalo udah bicara poligami, nikah sirri dan nikah dini, banyak yang sok feminis dan heroik membela hak anak-anak dan wanita. He..he..he.. Sayang Ukhti Yvonne Ridley (mualaf Inggris eks tahanan Taliban) nggak bisa ikut nimbrung. Wah3x bisa kalang kabut dan kocar-kacir lari tunggang langgang tuh para feminis liberal dan sekular, diberondong habis-habisan sama argumennya yang… yang… apa ya istilah yang pas… Anda baca sendiri deh… kalimat dan logikanya Mbak Yvonne itu lho… buat siapa pun terhentak dan tergetar!

Misalnya dalam opening speech-nya dia mengatakan begini:

Dulu saya melihat wanita berkerudung sebagai manusia yang pendiam, makhluk yang tertindas. Namun, kini saya melihatnya sebagai sosok yang memiliki banyak keahlian, berbakat, dan berpendirian kuat dimana menjelma sebagai bentuk solidaritas persaudaraan yang bahkan terlalu agung untuk dibandingkan dengan persaudaraan feminisme Barat. Pandangan saya berubah sejak pengalaman yang saya lalui ketika ditahan oleh Taliban karena menyelundup ke Afghanistan dengan mengenakan burkha di bulan September 2001.

Tentang perkawinan ala sekular-liberal yang materialistik, beliau berkomentar:

Saya pun mulai mencermati hal-hal seperti hukum warisan, pajak, kepemilikan harta dan perceraian, yang semuanya mungkin bisa menjadi inspirasi bagi para pengacara Holywood. Misalnya, wanita berhak mempertahankan apa yang telah mereka raih dan miliki sedangkan para suaminya harus menyerahkan separuh dari nilai yang ia miliki.

Agak lucu bukan kedengarannya ketika para media tabloid dengan heboh meliput berita aktris bintang film yang melakukan perjanjian pra nikah? Padahal para wanita muslim sudah menjalankan perjanjian bahkan sejak hari pertama. Mereka bisa memilih untuk bekerja atau tidak, dan semua penghasilan yang ia dapati dari pekerjaannya adalah miliknya, sedangkan suaminya harus membayar semua kebutuhan, tagihan dan belanja keluarga.

Apa-apa yang mereka para feminis perjuangkan di tahun 70an, ternyata sudah dinikmati oleh para wanita muslim 1400 tahun yang lalu.

Tentang pembagian tugas muslimah antara fungsi publik dan domestik, dengan elegan beliau menerangkan:

Sebagaimana saya terangkan tadi, Islam menghormati status Ibu dan Istri. Apabila anda memilih untuk tetap tinggal di rumah, maka silakan untuk tetap tinggal di rumah. Adalah suatu bentuk kehormatan yang luar biasa nilainya untuk menjadi pendidik pertama dan terutama bagi anak-anak.

Di saat yang sama, Quran juga menyatakan kalau anda ingin bekerja, maka bekerjalah. Jadilah wanita karir, kembangkan profesi dan jadilah politisi. Jadilah menjadi sosok apapun yang anda inginkan dan jadilah yang terbaik, karena apapun yang anda akan kerjakan diniati untuk menggapai ridhaNya.

Yang paling menarik (dan paling saya suka) adalah argumen-nya tentang jilbab dan kerudung (dahsyat meen…):

Namun demikian, semua orang masih terobsesi dengan isu kerudung atau hijab. Begini, hijab ini adalah busana resmiku, dan dengan ini saya nyatakan bahwa saya adalah seorang muslim dan saya harap anda perlakukan saya dengan hormat.

Bisakah anda bayangkan bagi seseorang untuk memberitahu eksekutif Wall Street atau bankir Washington untuk mengenakan kaos t-shirt dan celana blue jeans? Dia tentu akan menyatakan bahwa busana resmi yang ia kenakan adalah yang mendefinisikan dia selama jam kerja dan secara tidak langsung ia nyatakan kepada dunia untuk mendapatkan perlakuan sebagaimana mestinya.

Ini komentarnya tentang para pejabat Inggris yang menentang keras pakaian muslimah:

Anehnya, di Inggris, kita dengar ucapan Menlu Jack Straw tentang nikab (penutup wajah yang hanya memperlihatkan mata) sebagai penghalang yang tidak bisa diterima. Wahai para pria, kapan anda akan berhenti mengomentari busana wanita?

Kita juga dengar ucapan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown dan John Reid yang memberikan pernyataan yang tidak pantas tentang nikab, padahal desa asal mereka adalah perbatasan Skotlandia dimana para pria di sana mengenakan rok! 😆

Hey tau nggak, ternyata yang pake cadar ada yang wanita kulit putih lho:

Mayoritas para akhwat yang saya kenal yang mengenakan nikab adalah wanita kulit putih, yang masuk Islam dan tidak lagi menginginkan sorotan, rayuan laki-laki dan perilaku mereka yang tidak senonoh. Asal tahu saja, ada sepasang akhwat di London yang saya kenal yang mengenakan niqab saat demo anti Perang karena tidak tahan dengan bau rokok.

Saya khawatir Islamophobia telah menjadi bidikan kaum rasis. Tetapi secara pengecut, kaum chauvinis pria dan kaum wanita muslim sekuler kiri bergabung menyerang busana muslimah yang tidak lagi bisa ditolerir oleh para muslimah.

Ini penjelasannya tentang kiprahnya sebagai feminis muslim:

Saya sendiri bertahun-tahun adalah feminis dan hingga sekarangpun masih menjadi feminis muslim yang berjuang untuk kepentingan kaum wanita. Bedanya adalah, wanita feminis muslim adalah jauh lebih radikal ketimbang teman feminisnya yang sekuler. Kita semua benci kontes kecantikan dan berusaha keras untuk tidak tertawa melihat adanya Miss Afghanistan yang mengenakan bikini sebagai bukti pembebasan wanita di Afghanistan.

Muslim feminis muda melihat kerudung dan nikab sebagai simbol politik dan persyaratan agama sekaligus. Ada yang menganggap bahwa ini adalah simbol perlawanan mereka terhadap gaya hidup Barat yang sarat dengan mabuk-mabukan, seks bebas, dan narkoba.

Superioritas dalam Islam tumbuh karena ketaqwaan, bukan kecantikan, kekayaan, kekuasaan, posisi, maupun jenis kelamin.

Sekarang katakan kepada saya mana yang lebih membebaskan. Apakah dengan melihat seberapa pendek rok yang saya kenakan dan ukuran payudara, atau dengan menilai karakter, pikiran dan kecerdasan saya?

Sebagai kesimpulan, dia menyatakan:

Tidak ada di dalam Islam bahwa kami sebagai wanita harus mencuci, membersihkan rumah, atau memasak demi para pria. Tapi tidak hanya laki -laki muslim yang wajib mempelajari kembali perannya di masyarakat. Coba cek kata-kata Pat Robertson di tahun 1992 tentang pandangannya terhadap wanita. Lalu katakan kepada saya mana yang lebih beradab.

Dia berkata,” Feminisme mendorong wanita untuk meninggalkan suami mereka, membunuh anak-anak, melakukan sihir, menghancurkan kapitalisme, dan menjadi lesbian.”

Ini adalah kata-kata orang Amerika yang hidup semasa Jahiliyah yang perlu dimodernisasi dan di-adab-kan. Sosok seperti inilah yang justru mengkerudungi penglihatan mereka dan kita perlu membuka kerudung kejahilan mereka sehingga bisa membiarkan masyarakat dunia untuk melihat Islam dengan mata kepala mereka sendiri sebagaimana apa adanya.

Saya jadi bertanya-tanya, alumni tawanan penjara Taliban aja bisa jadi seperti ini, apalagi kalau alumni negara Khilafah ya? Itu baru penjaranya lho, belum negaranya. 🙂 Sekali lagi salut buat Ukhti Yvonne Ridley. May Allah always bless you, and give you a long life to fight against unjustice and capiltalism all over the world! ( http://yvonneridley.org/yvonne-ridley/articles/how-i-came-to-love-the-veil-4.html )

Belum lama ini saya bertemu dengan seseorang laki-laki yang memaki-maki Syekh Puji. Bahkan tidak sedikit yang mengatakan ia penderita pedofilia. Wacana poligami, nikah dini dan nikah sirri belakangan ini kembali mencuat, semenjak Syekh Puji menikahi Lutfiani Ulfa yang berumur 12 tahun. Ancaman penjara pun mulai dilontarkan kepada para pelaku nikah sirri, yang ditanggapi dengan aksi demonstratif pembuatan penjara oleh Syekh Puji di pelataran tanahnya sendiri, karena dia merasa penjara milik polisi tidak akan mampu menampung banyaknya pelaku nikah sirri.

Terus terang, saya bukan pelaku nikah sirri atau pun poligami (well setidaknya saat ini 🙂 ). And to be honest here, sebenarnya saya juga tidak suka dengan potongan rambut dan selera fashion Syekh Puji. But let’s be fair, eskalasi pembahasan dan penanganan kasus ini sudah sampai pada tingkatan yang tidak proporsional. Terutama kalau kita bandingkan dengan kasus serupa, misalnya bencana seks bebas atau zinah sirri (diam-diam) yang berdampak pada problem-problem sosial pelik lainnya seperti kehamilan tak diinginkan, aborsi, penyakit menular seksual, epidemi aids, sampai degradasi moral remaja. Coba tengok betapa memprihatinkannya problem seks bebas atau praktek zinah sirri yang sudah mengarah kepada zinah dini:

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan dalam sebuah survey yang mengambil sampel di 33 provinsi pada tahun 2008, diperoleh fakta bahwa 63 persen remaja usia sekolah SMP dan SMU mengaku pernah melakukan hubungan seks, dan 21 persen diantaranya pernah melakukan aborsi.

Fenomena zinah sirri (diam-diam), apalagi lagi zinah jahri (terang-terangan) seperti lokalisasi dan tempat-tempat hiburan malam, tidak diragukan lagi memiliki dampak destruktif di tengah masyarakat kita. Bandingkan dengan nikah sirri (diam-diam tapi sah menurut agama) dimana laki-laki dan wanita diikat dalam sebuah ikatan luhur dan terhormat, tidak hanya penyatuan dua orang, tapi juga penyatuan dua keluarga besar, dan disaksikan oleh khalayak luas bahwa mereka telah resmi menjadi sepasang suami isteri yang sah. Sang suami bertanggung jawab memimpin dan menghidupi keluarga, sementara sang istri lebih fokus menjadi ibu sekaligus guru pertama bagi anak-anaknya. Bersama mereka mengarungi bahtera keluarga sakinah mawadah wa rahmah. Coba kita bandingkan antara zinah sirri dan nikah sirri tadi, mana yang semestinya patut mendapat perhatian dan penanganan yang lebih serius? Mana diantara keduanya yang berbahaya? Mana diantara keduanya yang menyebarkan penyakit biologis dan penyakit sosiologis di tengah masyarakat? Jika para pelaku nikah sirri diancam dengan hukuman penjara, lalu bagaimana dengan para pelaku zinah sirri apalagi zinah jahri tadi?

Tapi tunggu sebentar, jika Anda semata-mata membenci para pelaku zinah sirri atau pun zinah dini tadi, Anda salah besar. Kebencian itu juga harus Anda tumpahkan ke sistem kehidupan yang telah sukses “memaksa” mereka terjerumus dalam kubangan zinah sirri dan zinah dini tadi. Dan itu adalah sekumpulan regulasi, kebijakan dan undang-undang yang mendukung sekularisme, liberalisme dan kapitalisme di berbagai aspek kehidupan. Lihat bagaimana snapshot tata sosial politik yang bekerja saat ini hasilkan generasi zinah sirri dan dini:

  1. Melalui pendidikan sekular yang mendepak agama, para remaja kita dibuat tidak matang secara intelektual, emosional apalagi spiritual, sehingga tidak memiliki visi dan misi hidup yang benar dan jelas. Akibatnya mudah terombang-ambing dan terjerumus ke dalam lembah maksiyat.
  2. Sudah tidak punya bekal pegangan hidup yang kuat, mereka dibombardir oleh berbagai sarana pornografi dan pornoaksi dari segenap delapan penjuru mata angin oleh raksasa industri yang menjadikan aurat dan syahwat sebagai core-business mereka, yang berlindung dibalik tameng liberalisme dan globalisme ekonomi.
  3. Setelah terhuyung-huyung dengan hastrat seksual yang tak terbendung, sebagian dari mereka masih percaya dengan ikatan luhur pernikahan dan berniat untuk segera menikahi pasangan mereka. Namun apa kata dunia? Masih sekolah koq nikah (satu lagi kesalahan sistem pendidikan kita yang melarang nikah dini). Atau, mau kamu kasih makan apa anak istrimu kelak (satu lagi kesalahan sistem ekonomi kita, yang gagal menciptakan kemandirian finansial dan pemerataan kekayaan).
  4. Praktis tidak ada hambatan lagi bagi remaja tadi untuk terjun bebas melakukan zinah sirri dan zinah dini, kecuali satu hal. Bagaimana dengan sanksi sosial dan sanksi hukum yang berlaku? Kenyataannya, tidak perlu khawatir dengan sanksi sosial karena masyarakat sekarang lebih permisif dengan budaya seks bebas. Dan juga jangan hiraukan sanksi hukum karena tidak akan ada tindakan hukum yang tegas bagi para pelaku zinah sirri maupun dini, karena mereka melakukannya suka sama suka dan tidak ada delik aduan.

Akhirnya tata sosial politik di atas menciptakan lingkaran setan yang tidak pernah berhenti berputar hasilkan generasi pezina sirri dan pezina dini baru di tengah masyarakat kita, bahkan di seluruh dunia. Sungguh, problem zinah sirri dan zinah dini yang destruktif dan sistemik ini lebih patut mendapatkan perhatian kita ketimbang kasus nikah sirri atau nikah dini yang hanya secuil itu. Tapi nampaknya kita mulai merasa nyaman mengabaikannya, apalagi bagi parpol-parpol itu yang kini tengah terengah-engah kelelahan saling mensikut dan menjejak berebut kursi kekuasaan.

Membentuk individu remaja yang bertakwa dan membina sebuah keluaraga sakinah mawadah wa rahmah memang penting, tapi tidak pernah cukup untuk menuntaskan problem seks bebas. Terutama kalau kita menggunakan nalar politik spiritual, problem dan bencana seks bebas ini disebabkan oleh tatanan masyarakat yang dibangun di atas asas sekulerisme dan liberalisme. Di satu sisi, tata kehidupan itu menghasilkan individu remaja yang lemah iman dan tergoda melakukan seks bebas. Di sisi yang lain, tata kehidupan itu menyediakan berbagai sarana dan fasilitas, bahkan insentif yang membuat para remaja itu kecanduan seks bebas. Maka untuk mengentikan bencana seks bebas ini secara tuntas, berhentilah berfikir bahwa ini adalah masalah individu per individu remaja saja, dan mulailah mengembangkan cakrawala berfikir Anda, sampai pada satu pemikiran bahwa ini juga menyangkut masalah sistem dan aturan yang melingkupi para remaja tadi. Bahwa sesungguhnya bencana seks bebas terkait dengan tata sosial, politik, ekonomi, dan hukum yang mengkondisikan mereka berbuat maksiyat. Bagaimana hal ini terjadi tepatnya? Mari kita urai satu per satu:

Posisikan diri Anda sebagai mereka, para remaja yang sedang beranjak dewasa. Anda lahir, tumbuh dan berkembang menjadi remaja di sebuah negeri yang tata pendidikannya tidak dirancang untuk membenamkan ruh akidah yang kokoh di jiwa Anda. Hanya dengan bekal pendidikan agama yang minim, seminggu hanya dua jam di sekolah, apalagi ketika kuliah frekuensinya jauh lebih minim lagi, bagaimana bisa mencetak pribadi-pribadi Islam yang berkarakter mulia? Bagaimana bisa mencetak pribadi-pribadi yang matang secara mental, emosional dan spiritual? Yang mampu mengendalikan diri, taat beribadah dan berahlak karimah? Saya yakin, jika Anda saat ini menjadi muslim yang baik, itu lebih banyak dihasilkan dari jalur pendidikan nonformal seperti pesantren atau organisasi Islam non-pemerintah, daripada jalur pendidikan formal. Saya sendiri dulu mengalami hal ini, dan merasakan betapa sebuah sistem pendidikan yang salah akan berdampak besar pada jiwa seseorang. Dan jangan lupa ketika sistem pendidikannya sebuah negara salah, bukan hanya seribu dua ribu tapi jutaan bahkan puluhan juta generasi muda menjadi korbannya, persis seperti yang terjadi sekarang ini. Apa hasilnya? Generasi muda yang gamang, tidak memiliki orientasi hidup yang jelas, dan lebih mencintai kehidupan dunia ketimbang akhirat.

Apa yang terjadi selanjutnya? Para remaja yang gagal mengenal dan mencintai Allah dan hari akhir tadi, akhirnya menjadi sasaran empuk bagi raksasa industri yang menjadikan syahwat dan birahi sebagai komoditas bisnisnya. Coba kita fikirkan. Salah satu industi yang tumbuh paling besar di dunia ini adalah industri seks. Mulai dari bisnis memantik syahwat dengan senjata pornografi dan pornoaksi, samapai bisnis yang memfasilitasi pelampiasan syahwat seperti prostitusi, baik yang terang-terangan atau terselubung. Mari kita tengok data di bawah ini:

Pada tahun 2003, keuntungan industri pornografi yang pasarnya mencapai seluruh dunia telah mencapai 57 miliar dolar AS. Keuntungan ini lebih besar daripada total keuntungan seluruh pemilik klub-klub sepak bola, baseball, dan basket profesional; juga melebihi keuntungan 3 jaringan TV ABC, CBS, dan NBC dijadikan satu. (Dr. Mohammad Omar Farooq dalam nation.ittefaq.com).

Itu baru keuntungan dari bidang yang jelas-jelas disebut pornografi. Belum lagi dari industri yang sebenarnya juga terkait dengan pamer aurat dan adegan-adegan mengundang birahi, misalnya industri hiburan di hotel-hotel atau kafe-kafe, fesyen, acara hiburan di televisi, dan juga industri film. Keuntungan di industri-industri ini pun tidak kalah menggiurkan. Walhasil, para remaja belia yang lemah iman dan lemah takwa ini menjadi menyerah dan tak berdaya disergap dan dicengkram oleh raksasa-raksasa industri seks dari delapan penjuru mata angin. Melihat realitas ini, maka wajar jika anak-anak kelas empat SD sudah mengkonsumsi pornografi.

Inilah alasannya mengapa Undang-undang Pornografi kemarin mendapat pertentangan yang sangat keras, salah-satunya karena ada kepentingan industri asing yang bermain di belakangnya. Ketua Pansus RUU Pornografi Balkan Kaplale ketika ditemui oleh DPP HTI pada bulan September 2008 silam menyatakan:

Banyak negara industri seks sangat keberatan dengan lahirnya UU ini. Ada tujuh negara, dua diantaranya Australia dan Inggris berusaha terus mengganjal lahirnya UU ini.

Malang benar nasib pemuda sekarang. Sudah lemah iman dan takwa akibat gagalnya sistem pendidikan, kemudian syahwat dan hasrat seksual mereka dipantik secara masif dan ekstensif oleh raksasa industri pornografi. Lewat televisi, VCD, DVD, situs porno, games, hp, komik, majalah, tabloid. Dan jangan lupa, akibat tidak ditatanya sistem sosial kita, laki-laki dan wanita-wanita bisa berbaur secara bebas, yang kemudian mendorong mereka untuk ber-khalwat, berdua-duaan dan bermesraan. Ditambah lagi para wanitanya dibiarkan memamerkan aurat mereka. Semua stimulus dan rangsangan eksternal ini terus mengikuti mereka dari mulai bangun tidur, sekolah, di rumah, menjelang tidur, sampai tidur dan bangun keesokan harinya, mereka masih mengalami hari naas yang sama. Jika Anda jadi mereka, apa yang Anda rasakan? Tidak sulit untuk menyimpulkan Anda sering “on” atau BT (birahi tinggi :)), dan butuh penyaluran kan? Anda masih manusia yang normal bukan?

Sampai di sini, apa yang Anda lakukan untuk menyalurkan hajat instingtif tadi? Selemah-lemahnya iman, Anda masih memahami cara yang paling benar adalah dengan menikahi baik-baik seorang wanita. Dan ketika Anda mengutarakan niat Anda kepada orangtua Anda dan calon mertua, bagaimana tanggapan mereka? Masih sekolah/belum lulus kuliah koq mau nikah -lagi-lagi kesalahan sistem pendidikan kita. Atau alasan lainnya, mau kamu kasih makan apa anak istrmu kelak -lag-lagi kesalahan sistem ekonomi kita, yang gagal memeratakan kesejahteraan dan berhasil memeratakan kemiskinan, karena hanya berpihak kepada pemilik modal dan kapital saja. Jangankan bagi yang belum lulus, bagi yang sudah lulus bahkan bertitel S2 dan S3 saja masih susah cari kerja dan mandiri secara finansial.

Lalu apa yang Anda lakukan selanjutnya? Sudah digempur syahwat di sana sini, mau menyalurkan dengan benar tapi susah, padahal sudah tidak tahan lagi. Ketika benteng iman sudah mulai luruh, dan Anda mulai tergoda melakukannya, Anda masih khawatir dengan sanksi hukum dan sosial yang berlaku di masyarakat. Sanksi hukum? Sepertinya tidak ada sepanjang suka sama suka dan tidak ada delik aduan (ini kegagalan sistem hukum sekuler, dalam Islam orang yang berzina akan dihukum sekalipun suka sama suka). Sanksi sosial? Siapa peduli, sekarang banyak kos-kosan campur dan bebas. Asal bayar kos tepat waktu, tidak jadi soal ajak wanita masuk kamar. Norma dan pengawasan masyarakat juga sudah mulai longgar terhadap pergaulan muda-mudi yang kian permisif. Saya pernah mendengar seorang Ibu yang justru khawatir mengapa anaknya tidak mau pacaran seperi layaknya pemuda seusianya.

Apa yang terjadi? Selemah-lemahnya iman di dada, Anda masih bisa bertahan tidak mau seks bebas. Tapi karena sistem sosial kita tidak pernah menata interaksi pria dan wanita, Anda mulai tergoda untuk berpacaran. Ketika berpacaran, pasti tidak hanya ngobrol-ngobrol saja kan selama tiga tahun? Anda mulai bosan dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Dengan malu-malu Anda mulai memegang tangannya. Awalnya menegangkan, tapi lama-kelamaan Anda mulai bosan lagi, Anda ingin mencoba sesuatu yang baru lagi. Hmm, setelah tangan apa ya? Anda mencoba “itu” tapi belum yang “itu”, begitu seterusnya Anda mencoba teknik-teknik yang baru karena manusia dalam hal ini manusia cepat merasa bosan dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Sampai akhirnya, sadar atau tidak Anda terjerumus ke adalam zina! Awalnya Anda sempat merasa berdosa, tapi karena tidak ada sanksi sosial dan hukum, dan kebetulan teman-teman Anda juga melakukan hal yang sama secara berjamaah, jadi Anda semakin enjoy melakukannya. Akhirnya Anda mulai kecanduan dan berkubang dalam praktek pergaulan bebas. Setelah ini terjadilah hal-hal mengerikan seperti KTD (kehamilan tak diinginkan), aborsi, penyakit menular seksual, HIV, sampai hancurnya ahlak dan moralitas generasi muda.

Lalu bagaimana solusi tuntasnya? Seperi yang saya katakan di depan, disamping menempa keimanan dan ketaatan individu remaja, dan menjadikan keluarga samara sebagai basis pendidikan dan penjagaan yang efektif, kita juga harus segera merubah sistem dan tatanan yang berlaku. Mulai dari sistem pendidikan yang mampu membenamkan ruh akidah Islam yang kokoh tadi, sehingga mampu membentuk kepribadian Islam yang mulia. Lalu membenahi sistem ekonomi kapitalistik yang menjadikan syahwat dan aurat sebagai komoditas bisnis seperti yang terjadi sekarang. Antara lain dengan membuat undang-undang yang melarang semua bentuk eksploitasi seksualitas dan sensualitas, termasuk membuka aurat di tempat umum. Lalu terapkan sistem sosial Islam, yang mengatur interaksi pria dan wanita di masyarakat, tidak boleh mereka bercampur-baur apalagi bersepi-sepian.  Kemudian ciptakan lapangan kerja dan usaha seluas-luasnya dengan anggaran dari kekayaan alam kita yang melimpah ruah (setelah Freeport dan Exxon dinasionalisasi tentunya), sehingga generasi muda kita bisa cepat mandiri secara finansial dan menikah lebih awal untuk menjaga iffah dan kehormatan dirinya. Hapuskan juga undang-undang dan peraturan yang melarang poligami, karena bisa jadi ada sebagian orang yang sangat memerlukannya :).

Setelah semua pinta maksiyat ditutup dan semua pinta kebajikan di buka, maka tidak ada alasan lagi untuk tetap bermaksiyat. Apa alasannya? Tidak faham agama? Sudah difahamkan dengan sistem pendidikan yang benar. Ada rangsangan? Semua pornografi dan pornoaksi dilarang, bahkan wanita di tempat umum wajib menutup auratnya. Tergoda pacaran? Pria dan wanita interaksinya jelas-jelas dibatasi dan tidak diperbolehkan berdua-duaan. Sulit menikah karena belum dapat kerja? Sistem ekonomi Islam mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya dengan nasionalisasi SDA dan kebijakan real-based economy-nya (bukan seperi monetary-based economy yang ribawi seperti sekarang). Sehingga semua lokalisasi bisa di tutup dan para PSK dapat ditampung di lapangan pekerjaan dan lapangan usaha yang tersedia luas. Harapannya para pemuda bisa meraih kemandirian finansial lebih awal dan bisa cepat menikah. Apa lagi? Masih ingin menikah lagi?  Bisa sampai empat kali dan tidak dilarang oleh undang-undang.

Apa lagi? Jika masih ada yang terbetik niat maksiyat, padahal sudah diberi pemenuhan dan berbagai solusi, ada hukuman tegas bagi para pezina yang membuat orang yang paling nekat pun akan berfikir seribu kali. Saya yakin orang yang masih berakal sehat tidak mau badannya ditanam di dalam tanah dan kepalanya dilempari batu sampai mati. Sehingga ahli maksiyat yang paling binal pun akan berfikir seribu kali untuk seks bebas. Dan laki-laki yang paling playboy dan paling belang hidungnya pun akan mengurungkan niatnya untuk selingkuh. Kejam? Mungkin, tapi itu sepadan karena celah-celah maksiyat telah ditutup rapat, dan pintu-pintu solusi dan kebaikan di buka lebar-lebar. Dan hukuman keras dan tegas ini pasti bisa menekan angka kejahatan seksual di titik yang paling rendah. Disamping itu, tidak ada alasan lagi bagi seseorang untuk seks bebas, karena dia sudah faham agama, terampil mengendalikan diri, tidak ada rangsangan, sudah mandiri dan bisa menikah, bahkan bisa tambah. Insya Allah dengan syariah Islam kehidupan masyarakat menjadi aman, tentram, penuh berkah serta terhindar dari bencana seks bebas. Ayo kita perjuangkan bersama!

139438d975b4bc30ee2148025e68a318-grandeFenomena pergaulan bebas dan free sex nampaknya sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Mengapa kita harus peduli? Jika Anda punya adik atau saudara remaja maka harus peduli. Jika Anda punya anak laki-laki apalagi perempuan maka Anda harus peduli. Jika Anda khawatir terinveksi HIV karena petugas medis lupa mensterilkan jarum suntik maka Anda harus peduli. Jika kejahatan dan pelecehan seksual merajalela karena terinspirasi oleh pornografi, maka Anda harus peduli. Jika majalah-majalah panas seperti Playboy dan FHM masih bisa dibeli di kios dakat rumah Anda, maka Anda harus peduli. Jika Anda pernah dikabari ada tetangga atau kenalan dekat yang married by accident, maka Anda harus peduli. Anda masih tidak mau peduli? Bagaimana dengan ini:

Survei yang dilakukan Komnas Perlindungan Anak terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar selama tahun 2007 diperoleh fakta bahwa 97 persen remaja pernah nonton film porno, 93,7 pernah ciuman, petting dan oral seks, 62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan serta 21,2 persen remaja SMU pernah aborsi.

Anda masih tidak mau peduli? Bagaimana dengan ini:

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan dalam sebuah survey yang mengambil sampel di 33 provinsi pada tahun 2008, diperoleh fakta bahwa 63 persen remaja usia sekolah SMP dan SMU mengaku pernah melakukan hubungan seks, dan 21 persen diantaranya pernah melakukan aborsi.

Mengapa mereka bisa melakukan semua itu? Siapa yang mengenalkan dan mengajari mereka prilaku seks bebas? Jika SMP atau SMU mereka sudah biasa seks bebas, apa yang terjadi saat usia SD?

Sebuah survey oleh Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa SD kelas 4 hingga 6 di Jabodetabek sepanjang 2008, diperoleh fakta bahwa 66 persen dari mereka pernah melihat hal-hal berbau pornografi, sekitar 24 persen melalui komik 18 persen melalui games, 16 persen melalui situs porno, 14 persen melalui film, 10 persen VCD dan DVD, 8 persen melalui HP, dan 4-6 persen melalui majalah atau koran.

Saya sudah katakan, jika adik atau anak Anda akan beranjak dewasa, sebaiknya Anda harus peduli. Kalo yang melakukan seks bebas hanya 5 sampai 10 persen, Anda boleh tidak peduli. Tapi jika 60 bahkan 90 persen (6 sampai 9 dari 10 remaja), Anda tidak boleh tidak peduli. Kecuali tentu saja, Anda salah satu dari 60 atau 90 persen tadi :).

Dan jika Anda masih tidak mau peduli, bersama dengan jutaan orang lainnya, jangan salahkan jika pada pemilu tahun 2014 nanti ada PSI (Partai Seks Indonesia) yang bertujuan melanggengkan budaya seks bebas, homoseksualitas dan pornografi di Indonesia. Tidak mungkin? Sangat mungkin. Karena orang-orang kita biasanya suka meniru dan latah dengan budaya dan gaya hidup asing. Dan sekarang pun para pemuja seks bebas dan homoseksualitas sudah banyak jumlahnya. Saya pernah mendapati majalah GAYA (GAY nusantarA) dijual bebas di toko buku besar. Juga pernah mendengar talk show di radio swasta yang secara tidak langsung mempromosikan gaya hidup gay dan lesbian. Dan bukankah berbagai LSM dan organisasi yang mendukung liberalisasi pergaulan banyak jumlahnya di negeri ini? Dan bisa juga mereka terinspirasi oleh ASP (Australian Sex Party), sebuah parpol baru di Australia yang dideklarasikan pada bulan November 2008 silam, dengan slogan “we’re serious about sex”, yang bertujuan membebaskan Australia dari semua belenggu seksualitas dan kebebasan berekspresi. Indonesia menyusul? Sangat mungkin kalau kita tidak peduli dan bertindak dari sekarang.

Kalau Anda peduli dan setuju dengan saya, lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya? Pastikan para remaja itu tertempa karakternya, matang secara mental, emosional dan spiritual, sehingga memiliki kepribadian Islam yang mulia. Caranya? Jadikan mereka kader-kader dakwah dan pejuang syariah yang militan! Jangan hanya suruh mereka belajar Islam ala kadarnya saja, tapi suruh mereka bergabung dan berkiprah bersama organisasi Islam yang akan men-drill mereka menjadi pengemban dakwah yang ikhlas dan antusias dalam berjuang tegakkan syariah dan khilafah. Jika Anda ingin anak atau saudara Anda aman dari bencana free sex, jangan hanya minta mereka bertahan dan defensif saja. Resikonya suatu saat benteng defensif mereka bisa ambrol, habis lah sudah. Tapi minta mereka untuk menyerang (ofensif) dengan merubah tatanan masyarakat yang menyuburkan seks bebas ini menjadi lebih Islami. Insya Allah, mereka tidak hanya akan bisa bertahan, tapi juga berpahala menyelamatkan yang lain dari kemaksiyatan. Ingat kata pepatah Arab, khairu ad-difai al-hujumi, atau dalam bahasa penggemar sepak bola, the best defense is offense! Saya kebetulan pernah bincang-bincang dengan Ketua PDM Muhammadiyah di kota tempat saya tinggal. Beliau satu sisi agak terganggu dengan banyaknya kader-kader muda Muhammadiyah yang hijrah ke organisasi Islam hard-liner (dimana saya adalah salah satunya :)), tapi di sisi lain beliau respek dengan semangat dan militansi mereka. Yang menarik adalah komentar beliau: “Lebih baik menjadi militan dalam memperjuangkan syariah Islam, ketimbang menjadi militan dalam pergaulan bebas dan obat-obatan terlarang!” Anda setuju?

Tapi jangan lupa, kalau Anda meminta anak menjadi pejuang Islam, sedangkan Anda sendiri tidak melakukannya, cara ini tidak akan efektif. Kalau Anda meminta anak Anda untuk rajin ngaji dan halqah, tapi Anda sendiri tidak melakukannya, maka cara ini juga tidak akan efektif. Anda harus melakukannya lebih dulu, lalu ajak dan minta mereka melakukan hal yang sama. Ingat, satu keteladanan berbicara lebih banyak ketimbang seribu argumen. Ajak anak-anak Anda ketika Anda mengikuti atau mengisi pengajian-pengajian. Biarkan mereka mengenal siapa ayah dan ibu mereka, kiprah dan idealismenya. Sesekali ajak mereka berdemonstrasi turun ke jalan, dan melihat ayah dan ibu mereka mengepalkan tangan ke udara, meneriakkan pekik takbir yang membahana di langit luas, menentang segala bentuk kezhaliman dan kemaksiyatan yang dimapankan. Bina keluarga Anda, tidak hanya menjadi keluarga samara (sakinah mawadah wa rahmah), tapi sebagai keluarga yang cerdas dan berdaya secara politis-ideologis, sebagai sebuah keluarga yang sekaligus sebuah team dan unit yang solid dalam berjuang menegakkan syariah dan khilafah, yang dengannya umat muslim sedunia bisa bersatu.

Tapi hanya dengan membina individu  remaja dan membentuk keluarga samara yang akrab dan bersahabat dengan remaja, belumlah cukup untuk menghentikan bencana seks bebas yang telah mengakar saat ini. Apalagi yang perlu kita lakukan? Lihat tulisan saya berikutnya..

Sedjak satoe maret 2009

  • 81.573 hits